Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pompa Tenaga Surya untuk Daerah Sulit Air

Kompas.com - 18/07/2012, 20:41 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek ) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) membangun pompa bertenaga surya untuk mengangkat air tanah di daerah pesisir selatan Kabupaten Gunung Kidul yang dikenal daerah sulit air.

Pompa surya ini merupakan teknologi sederhana, ramah lingkungan dan biaya murah. Pompa ini memanfaatkan energi matahari sebagai sumber tenaganya.

Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kemerinstek Drs. Momon Sadiyatmo, M.Si mengatakan, program pemasangan pompa surya ini sudah direncanakan sejak setahun yang lalu. Kegiatan penyediaan air minum untuk daerah sulit air ini adalah salah program spesifikasi lokasi (speklok) Kemenristek yang bersinergi dengan perguruan tinggi.

"Bekerjasama dengan UGM, teknologi ini juga akan kita terapkan di daerah-daerah sulit air di Aceh dan NTB," katanya saat sosialisasi program pemasangan pompa surya di Balai Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, Rabu (18/7/2012).

Peneliti energi terbarukan, Dr. Ahmad Agus Setyawan mengatakan, teknologi pompa surya sangat cocok untuk diterapkan di daerah terpencil yang kesulitan air. Meski mudah dipasang dan dirawat, namun butuh transfer pengetahuan ke masyarakat agar pompa surya ini bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

"Kita bekerjasama dengan mahasiswa KKN PPM. Mahasiswa KKN bekerjasama dengan masyarakat akan memasang 2 pompa dan 32 panel surya. Dari energi surya ini kita harapkan akan mampu mengangkat air yang berjarak sekitar 3 kilometer dari pemukiman penduduk," kata Agus.

Sementara itu, Kepala Desa Purwodadi, Suprihatin menuturkan di Purwodadi sendiri terdapat 2.000 KK atau 8.000 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Permasalahan yang umumnya dihadapi masyarakat selalu sama, yakni kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau.

"Tandon air hujan sudah habis. Mulai bulan Mei, kami mulai beli air. Untuk satu tangki berisi 5.000 liter kita beli dengan harga Rp 80 ribu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com