Keluarga Cari Sendiri Korban CASA 212

LANGKAT, KOMPAS.com — Di tengah simpang siurnya informasi mengenai keberadaan pesawat CASA 212 yang jatuh di Bahorok, keluarga korban akhirnya memutuskan untuk mencari sendiri lokasi itu, Jumat (30/9/2011) pagi ini. Mereka tidak puas dengan pola pencarian aparat yang sejauh ini belum bisa memastikan posisi ataupun kondisi korban.

Ada keluarga korban yang membentuk tim sendiri dengan melibatkan masyarakat sekitar yang paham seluk-beluk medan pencarian di hutan TNGL Bahorok. Sebagian lainnya mengikuti langkah tim SAR dan TNI AD dalam menyisir hutan.

Bukhari, anggota keluarga pasangan Suhel dan Juli Dahliatna, mengatakan, dia bingung dengan berbagai informasi tentang perkembangan pencarian CASA 212. Sumber dari aparat, warga, ataupun televisi tidak bisa dia pegang karena kerap berubah dan tak ada bukti. "Katanya sudah ada yang melihat dari udara. Itu jam berapa dan mana fotonya," kata dia.

Kalau memang benar sudah diketahui posisinya pada Kamis siang, tuturnya, mengapa tidak segera dievakuasi. Pemerintah bisa menggunakan helikopter, misalnya.

Ketidakjelasan itu mendorong Bukhari untuk membentuk tim pencari sendiri dengan mengajak warga. Anggota Polres Kutacane, M Azwar, yang masih ada ikatan keluarga dengan Suhel terlibat langsung dalam tim pencari.

Bagi Bukhari, lebih baik mengecek langsung ke lapangan tentang kesimpangsiuran informasi itu daripada mengandalkan pihak lain.

Hal serupa dilakukan Sane Sami (51) yang menanti kejelasan nasib Tino Karsu (40), salah satu penumpang CASA 212. Dia membonceng sepeda motor warga menuju lokasi pencarian. Meskipun belum membuahkan hasil, setidaknya Sane paham bahwa tak mudah mencari posisi pesawat CASA 212.