BANJARNEGARA, KOMPAS.com — Aktivitas masyarakat di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, di kawasan Dataran Tinggi Dieng yang kebanyakan berladang masih berlangsung normal kendati status gunung api tersebut dinaikkan menjadi waspada sejak empat hari terakhir.
Kendati demikian, warga hanya beraktivitas sejak siang hingga sore hari karena konsentrasi gas karbon dioksida dari kawah Timbang meningkat pada dini hari hingga menjelang pagi.
Sukardiyo (45), tokoh masyarakat Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, yang merupakan dusun terdekat dengan kawah Timbang, Kamis (26/5/2011), mengaku, kearifan lokal warga telah mempelajari sifat dan waktu keluarnya gas beracun, yakni malam hingga pagi hari.
"Warga sudah terbiasa dengan peningkatan aktivitas kawah Timbang. Jadi, kalau aktivitas kawah naik, warga berangkat ke ladang siang hari," tuturnya.
Jumlah warga yang bertempat tinggal di Dusun Simbar yang berdekatan dengan Kawah Timbang, menurut Sukardiyo, sekitar 400 jiwa. Walau masih tetap tenang, aparat desa setempat tetap meminta warga menjauhi kawah Timbang setidaknya untuk radius 1 kilometer.
Secara terpisah, Camat Batur Sarkono mengatakan telah menyiapkan tempat evakuasi, termasuk membentuk satuan tugas jika aktivitas kawah terus meningkat.
Kendati hampir tidak pernah meletus, Gunung Dieng setinggi 2.565 meter di atas permukaan laut itu cukup berbahaya karena karakteristik kawahnya aktif mengeluarkan gas karbon monoksida (CO) yang beracun.
Terus dipantau
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono menyatakan, saat ini timnya terus memantau aktivitas Gunung Dieng terus-menerus selama 24 jam. Selain pendataan teknis melalui seismograf, petugas di lapangan juga melakukan pengamatan visual di sekeliling kawasan kawah Timbang.
"Kami mengamati organisme makhluk hidup di sana. Kalau binatang seperti kupu-kupu atau burung sudah bergerak menjauhi kawah, berarti konsentrasi gas sudah masuk kategori berbahaya," tuturnya.