SLEMAN, KOMPAS.com — Korban bencana erupsi Gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, nekat membangun rumah permanen meski termasuk kawasan rawan bencana (KRB) III.
"Warga nekat membangun rumah permanen agar mereka dapat segera memulai kehidupannya, karena selama ini mereka belum mendapat kepastian dari pemerintah," kata Kepala Desa Glagaharjo Suroto, Rabu (25/5/2011).
Ia mengatakan, proses komunikasi warga dan pemerintah belum dimulai, padahal masyarakat membutuhkan kepastian agar bisa kembali melanjutkan kehidupan dengan normal.
Menurut Suroto, saat ini warga yang telah membangun rumah tersebut berada di Dusun Srunen, Kalitengah Kidul, dan Kalitengah Lor.
"Di Srunen, dari 135 keluarga, semua rumah sudah berdiri kembali, sedangkan di dua dusun lain diperkirakan baru sekitar 75 persen," katanya.
Suroto mengungkapkan, saat bencana erupsi Merapi terjadi, sebanyak 808 rumah warga di tiga dusun tersebut rusak parah hingga tidak bisa ditinggali.
"Dalam kondisi seperti ini, pemerintah desa tidak berwenang melarang atau mengizinkan. Mereka membangun rumah di atas tanah pribadi, sementara pemerintah belum memberikan keputusan," katanya.
Meski begitu, kata Suroto, pihaknya berharap pemerintah memberikan dukungan kepada warga karena mereka mampu mandiri, terutama dalam membangun kembali rumah yang rusak.
Suroto mengatakan, selain berasal dari tabungan warga, pembangunan rumah warga tersebut juga dari hasil menjual sapi.
"Warga terlalu lama menunggu tanpa kepastian sehingga mereka memilih kembali ke rumah masing-masing dan membangun kembali rumahnya. Sekarang aktivitas warga mulai beranjak pulih. Selain beternak, sektor pertanian juga mulai dihidupkan lagi," katanya.