Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Domestik Alami Kendala Tak Sehat

Kompas.com - 24/05/2011, 21:14 WIB

MANADO, KOMPAS.com — Pengembangan wilayah Sulawesi sebagai satu kesatuan ekonomi domestik sebagai Koridor Ekonomi Sulawesi menemui kendala karena adanya kompetisi kurang sehat dari tiap-tiap daerah yang berambisi menjadi pusat dari kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan, dan pertambangan.

Hal itu disampaikan Max Hasudungan Pohan, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Bappenas, pada seminar dan lokakarya yang dilaksanakan Setjen Dewan Ketahanan Nasional bekerja sama dengan Universitas Sam Ratulangi, Manado, di Manado, Selasa (24/5/2011).

Setjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Rasyid Gurneun Aguary memandang perlu kajian strategis dan akademik Koridor Ekonomi Sulawesi berpotensi menjadi gerbang perdagangan bebas Asia Pasifik. Ia mengatakan, kajian Wantannas menjadi policy framer dari kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Rektor Universitas Sam Ratulangi Donald Rumokoy mengatakan, kemajuan ekonomi Sulawesi Utara belakangan ini memberi dampak positif bagi pengembangan koridor ekonomi Sulawesi.

Pertumbuhan ekonomi

Selanjutnya, menurut Hasudungan Pohan, koridor ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi pertanian, perikanan, perkebunan, dan pertambangan dengan capaian pertumbuhan ekonomi 8,08 persen. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi daripada tujuh koridor ekonomi di Indonesia.

Oleh karena itu, koridor ekonomi Sulawesi menjadi garis depan ekonomi nasional menghadapi pasar Asia Timur, Australia, dan Amerika.

"Meski koordinasi antarprovinsi di Sulawesi baik, ambisi menjadi pusat ekonomi dari masing-masing daerah masih tinggi. Ini yang harus dibenahi bersama," katanya.

Menurut dia, pusat kegiatan ekonomi harus diatur secara baik berdasarkan potensi tiap daerah. Sulawesi Utara dapat menjadi lokomotif di bidang perikanan, Sulawesi Selatan dengan kakao, dan Gorontalo dengan jagung.

Hasudungan Pohan juga membeberkan data kegiatan utama ekonomi pertanian yang sebagai kontributor PDRB terbesar 30 persen bertumbuh lambat, padalah kegiatan ekonomi ini menyerap 50 persen tenaga kerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com