Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perginya Sang Kitab Hidup Bugis-Makassar

Kompas.com - 24/05/2011, 19:00 WIB

MAKASSAR, KOMPAS.com - Antropolog dan budayawan Sulawesi Selatan Prof Dr Abu Hamid tutup usia, Senin (23/5/2011), pukul 23.30 WITA. Abu Hamid selama ini dikenal sebagai kitab hidup kebudayaan Bugis-Makassar yang berpendirian teguh.

Abu Hamid yang juga Guru Besar Antropologi Universitas Hasanuddin meninggal dalam usia 77 tahun di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Sebelumnya dia mengeluh sakit pada bagian dada sehingga pihak keluarga mengantarkannya ke rumah sakit. "Bapak pergi dengan tenang setelah kami melepaskannya," ujar Dipa Rahayu, salah satu menantu Abu Hamid, Selasa (24/5/2011) di Makassar.

Sejak Desember 2010, Abu Hamid didiagnosa mengidap penyakit jantung dan menjalani rawat inap selama 40 hari. Sekeluarnya dari rumah sakit, dia menjalani aktivitas seperti biasa, mengajar di Universitas Negeri Makassar dan Universitas 45 Makassar. Dia menjabat sebagai Rektor Universitas 45 selama satu periode. Pada awal Maret 2011, dia pun menjalani operasi prostat.  

Pria kelahiran Sinjai, 3 Maret 1934 ini, mencurahkan hidupnya pada dunia pendidikan. Bukan sekadar itu, dia merevitalisasi kembali sejarah dan falsafah hidup orang Bugis-Makassar melalui buku-bukunya. Tiga bukunya yang mendapatkan perhatian ialah Syekh Yusuf; Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, Passompe: Pengembaraan Orang Bugis, dan Siri dan Pesse: Harga Diri Orang Bugis Makassar, Mandar, Toraja.

Direktur Penerbitan Pustaka Refleksi Andi Wanua Tangke yang menerbitkan dua bukunya mengatakan, masih banyak pemikiran Abu Hamid yang selama ini belum dipublikasikan. "Kami ingin mempublikasikan pemikirannya agar ide-ide dan nilai yang dia perjuangkan terus tumbuh," katanya.

Tidak banyak yang tahu kalau Abu Hamid pun adalah veteran perang kemerdekaan. "Tapi dia tidak mau dikenal sebagai pahlawan, tetapi sebagai pendidik," ungkap antropolog dari Universitas Negeri Makassar, Halilintar Lathief.

Saat-saat sakit, Abu Hamid masih sempat membimbing mahasiswanya yang mengerjakan tesis. Dia pergi dan meninggalkan satu istri, tujuh anak, 18 cucu, dan dua cicit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com