Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rustriningsih: Petani Butuh Universitas

Kompas.com - 23/05/2011, 19:54 WIB

SALATIGA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih mengatakan, petani sangat membutuhkan peran nyata dari kalangan universitas. Penelitian yang dapat diterapkan, terutama mengenai pengembangan teknologi pertanian, akan sangat membantu petani dalam menghadapi tantangan yang semakin berat.

Rustriningih mengungkapkan hal itu dalam pembukaan Program Studi Magister Agroekoteknologi di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, Senin (23/5/2011). "Semakin lama kampus justru semakin jauh, dan petani semakin merasa sendiri. Padahal, petani sangat membutuhkan peran-peran kampus," ujarnya.

Rustriningsih mengatakan, lulusan universitas, dalam hal ini fakultas pertanian, harus memiliki kepekaan dan kemampuan untuk menjawab tantangan. Sebab, sektor pertanian menjadi kebutuhan sepanjang masa selama pangan diperlukan.

Di tengah berbagai kendala yang dihadapi petani, seperti cuaca yang tidak menentu dan maraknya alih fungsi lahan pertanian, sektor pertanian seharusnya mendapat perhatian serius. Untuk itu, perlu pengembangan teknologi pertanian sehingga penelitian-penelitian dapat diaplikasikan dan bukan disimpan di perpustakaan.

Dari 32,38 juta penduduk di Jawa Tengah, Rustriningsih menyebutkan, 65 persen dari jumlah itu hidup di sektor pertanian dalam arti luas. Mereka sangat membutuhkan perhatian yang tepat. Oleh karena itu, pemerintah dalam menerapkan kebijakan memerlukan uluran tangan pihak universitas.

Kusumo Subagio, Direktur PT Multitek Mitra Lestari, perusahaan yang bergerak di bidang perikanan darat, mengatakan, sulit untuk membuat anak muda tertarik dengan pertanian jika kondisi pertanian masih seperti saat ini. Sementara pihak perbankan sulit mengucurkan kredit untuk mendukung sektor pertanian karena risikonya dianggap terlalu besar.

Dalam kondisi seperti ini, seharusnya pemerintah memberikan subsidi bunga untuk kredit pertanian. Sebab, selama ini, yang menikmati kucuran kredit hanya perusahaan-perusahaan besar. "Sangat sulit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah untuk mendapat kredit. Potensi pertanian sangat besar. Jika digarap maksimal, kita tidak kalah dengan negara lain," kata Kusumo.

Pengajar Fakultas Pertanian UKSW, Bistok Hasiholan Simanjuntak, menjelaskan hasil penelitiannya bersama Sri Yulianto dan Kristoko Dwi tentang pranata mangsa (sistem penanggalan yang digunakan untuk pertanian). Hasilnya, akibat perubahan iklim, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir di enam kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali (Andong, Nogosari, Banyudono, Ngemplak, Sawit, dan Teras), terjadi pergeseran selama satu bulan dalam siklus tanam.

"Kami mendapati siklus musim mundur satu bulan. Karena itu, pola tanam pun harus berubah mengikuti siklus yang baru. Misalnya, dulu petani mulai musim tanam pada November-Desember, kini yang terbaik adalah pada Desember-Januari. Itu akan berpengaruh besar terutama pada sawah tadah hujan," kata Bistok.

Sementara itu, untuk sawah dengan irigasi teknis, pengaruhnya akan terasa pada kuantitas produksi. Jika tetap mengikuti pola lama, hasil produksi bisa turun 20-30 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com