Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sirene Tanda Bahaya Merapi Bunyi

Kompas.com - 11/10/2010, 11:25 WIB

SLEMAN, KOMPAS.com - Sirene "Eraly Warning System" atau peringatan dini bahaya Gunung Merapi yang berada di Kabupaten Sleman, Senin (11/10/2010) siang sempat berbunyi diduga karena adanya kerusakan atau kesalahan teknis.       Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio, ketika dikonfirmasi membenarkan sirene "Early Warning System" (EWS) yang berada di lereng Gunung Merapi atau di kawasan Kaliadem, Cangkringan, sempat berbunyi.       "Namun, sirene tersebut bukan milik kami, tetapi milik Pemerintah Kabupaten Sleman, dan pihaknya tidak memasang sirene di kawasan Gunung Merapi," katanya.       Ia mengatakan, hari ini tidak ada kejadian atau peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, dan berbunyinya sirene tersebut bukan karena peningkatan aktivitas Gunung Merapi.       "Tidak ada kejadian yang luar biasa di Gunung Merapi pagi hingga siang hari ini," ujarnya menegaskan. Subandrio mengatakan, sampai saat ini status Gunung Merapi masih waspada dan belum ada peningkatan status.       "Meskipun ada kecenderungan peningkatan aktivitas dan kegempaan, namun sampai saat ini status Gunung Merapi masih waspada dan belum ada peningkatan status," paparnya.       Sedangkan, Kepala Seksi Operasional Penanggulangan Bencana Kabupaten Sleman Makwan, ketika dihubungi mengatakan dirinya sedang rapat, sehingga tidak dapat dikonfirmasi terkait dengan sirene EWS milik Pemerintah Kabupaten Sleman yang berbunyi tersebut.       Kepala Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Heri Suprapto mengatakan, meskipun warga mendengar suara sirene EWS namun tidak menimbulkan kepanikan.       "Warga tetap beraktivitas seperti biasa dan tidak terpengaruh dengan bunyi sirene tersebut," tuturnya. Menurut dia, masyarakat masih melakukan aktivitas sehari-hari, baik yang mencari rumput di kaki Gunung Merapi maupun aktivitas penambangan pasir di aliran lahar dingin.       "Masyarakat sudah terbiasa dan mereka juga akan berhenti beraktivitas jika memang merasa kondisinya sudah membahayakan, nanti kalau kondisi sudah siaga paling sudah mulai mengurangi aktivitas," katanya.       Ia menuturkan, empat dusun diwilayahnya yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (RKB) III, atau dusun paling atas yang dekat dengan Puncak Gunung Merapi, sehingga mereka sudah sangat hafal dengan kondisi alam pegunungan.       "Nanti kalau memang situasi sudah bahaya akan ada tanda-tanda alam seperti turunnya berbagai macam binatang dari hutan di kawasan puncak, seperti monyet," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com