Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yogyakarta Belum Bisa Menggeser Bandung

Kompas.com - 31/08/2009, 21:07 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kaos dan pernak-pernik clothing buatan Yogyakarta, belum bisa menggeser dominasi clothing buatan Bandung. Kreatifitas dan kualitas clothing bikinan Yogyakarta sebenarnya bagus, namun masih kalah cepat dan inovatif ketimbang Bandung. Karena itu, kaum muda Yogyakarta lebih menggemari clothing buatan Bandung.

Clothing adalah istilah untuk menunjuk kaos, baju, celana, tas, dan pernak-pernik yang dibuat dalam jumlah terbatas. Oleh masyarakat, clothing sering disebut sebagai distro. Industri clothing mulai menggeliat di Yogyakarta selepas tahun 2000.

"Clothing Yogyakarta selalu ketinggalan. Misalnya, saat ini ada tren clothing tertentu di Bandung, clothing Yogyakarta baru meresponsnya tiga-enam bulan sesudahnya," ujar Andre Loisa, Store Manager MC2, toko clothing di Jalan Suroto, Kotabaru, Senin (31/8).

Kecepatan clothing asal Bandung merespons tren dan membaca pasar, jelas berimbas ke pembeli. Karena terus disodori desain clothing baru asal Bandung, kaum muda Yogyakarta sukses dijaring. Apalagi, desain Bandung, juga dianggap kreatif.

Ragil, karyawan MC2 memaparkan, saat ini tren clothing baju dari Bandung adalah mengusung konsep airbrush dengan gambar-gambar simbol, seperti tanda tanya dan karakter senyum. Sebelum airbrush, tren fullprint (sablon penuh) yang meraja.

Saat ini terdapat 14 tenant (toko clothing) di MC2 yang berdiri setahun lalu ini. Rinciannya, 13 toko adalah outlet asal Bandung, dan satu toko asal Yogya, yakni BLAM! "Dalam sehari, ada puluhan kaos berkonsep airbrush terjual di MC2," kata Ragil.

Jumlah toko clothing di Yogya yang semakin banyak, menyebabkan omzet toko-toko clothing berkurang. Salah satu yang bisa bertahan dan sukses adalah Whatever Shop yang terletak di Jalan Abubakar Ali, Kotabaru. Whatever berdiri sejak tahun 2003.

"Tahun 2003 lalu, di Yogya baru ada tiga toko clothing termasuk Whatever. Tapi sekarang jumlahnya sudah 60-an toko clothing. Dulu, 25 persen stok barang di toko bisa terjual tetapi sekarang 20 persen," ujar Aditya Wicaksana, Asisten Manager Whatever.

Masyarakat, lanjut Aditya, kini lebih punya banyak pilihan toko clothing. Banyak toko clothing buka, tapi banyak juga yang kemudian tutup. "Itu menunjukkan bahwa tidak semua toko clothing bisa bertahan dan sukses membaca pasar," kata Aditya.

Serbuan clothing dari Bandung juga diakui Aditya. "Whatever yang dulu juga rutin membuat kaos clothing-tak hanya sebatas membuka toko-kini mulai mengerem produksinya. Whatever hanya mengeluarkan produk pada momen-momen tertentu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com