Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transmigran Sukses Kembangkan Tanaman Cempedak

Kompas.com - 18/05/2009, 16:39 WIB

PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Transmigrasi spontan asal Bali yang bermukim di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) berhasil mengembangkan budidaya tanaman cempedak di lahan berawa-rawa. Padahal sebelumnya, tanaman cempedak hanya bisa tumbuh dan berkembang di lahan dataran tinggi atau pegunungan Kalteng, demikian keterangan transmigran asal Bali, I Wayan Sudirma, Senin (18/5).

I Wayan Sudirma, satu dari 80 KK transmigran spontan asal Pulau Lembongan Bali, yang datang ke Kalteng sekitar tahun 1970-an, dan mengembangkan lahan usaha di Desa Batu Nudan Kecamatan Basarang, Kabupaten Kuala Kapuas. Lokasi transmigran tersebut sekitar 117 km timur Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng.

Menurut I Wayan Sudirma, sebelum datang ke Kalteng, mereka tidak mengenal tanaman cempedak atau bahasa setempat, buah tiwadak. Namun, setelah di Kalteng, mereka kenal lalu mengembangkan tanaman tersebut. Pertimbangan menanam cempedak karena buah itu banyak dicari warga sehingga harganya mahal. Dengan demikian, mengembangkannya dinilai menguntungkan.

Kesulitan awal pengembangan tanaman itu karena lahan di areal transmigran adalah rawa. Oleh karena itu, mereka mengolah lahan dengan sistem baluran (gundukan tanah memanjang). Dengan mengolah lahan sistem balur maka berhasil mengurangi tingkat keasaman tanah karena di saat air hujan maka air asam dibawa air hujan sehingga tanah menjadi subur.

Adapun tanaman cempedak memerlukan lahan tinggi agar tidak tergenang air karena, bila tergenang, tanaman akan mati. Oleh karena itu, para transmigran asal Bali ini membuat gundukan tanah untuk setiap pohon cempedak yang ditanam. "Hasilnya ternyata tanaman cempedak berkembang subur dan menghasilkan buah yang baik pula," kata I Wayan Sudirma seraya menyebutkan masih ada penanganan tanaman agar buah cempedak baik.

Menurutnya, agar buah cempedak tidak diserang bakteri, maka setiap buah dibungkus plastik dengan biaya Rp 250 per bungkus. Dengan dibungkus, maka buah tak rusak serta besar-besar, bahkan buah bewarna hijau kekuningan dengan daging buah tebal dan manis.

Cempedak hasil budidaya transmigran ini disuplai bukan saja ke Kota Palangkaraya, tetapi sebagian besar ke Kota Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kota Kuala Kapuas, ibu kota Kabupaten Kuala Kapuas.

"Buah cempedak khas Kecamatan Basarang ini beda dibandingkan cempedak dari daerah lain karena warna kulit kekuningan dan daging buah tebal, rasanya manis, serta tidak ada buah yang rusak karena bakteri," demikian kata I Wayan Sudirma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com