Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukun di Bawean Minta Diagungkan Layaknya Tuhan

Kompas.com - 11/02/2009, 12:38 WIB

GRESIK, RABU — Kepolisian Sektor Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, mengamankan seorang dokter gadungan, Gus Soleh Akbar (45), karena diduga melecehkan agama Islam saat berpraktik. Pelaku yang tak beridentitas itu ditangkap polisi Sangkapura untuk menghindari amuk massa.

“Dia menetap sebagai penduduk pendatang di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, sudah setahun. Tapi tidak punya KTP malah ngelantur, katanya warga asli Sidoarjo dan Cirebon,” kata Wakil Kepala Polsek Sangkapura Aiptu Hariri, Rabu (11/2).

Berdasar laporan yang diterima kepolisian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muspika Sangkapura, dalam menjalankan praktik pengobatan alternatifnya, pelaku memasukkan unsur aliran yang menyimpang dari ajaran Islam. Ia mengubah bacaan syahadat, bahkan sampai menginjak kitab suci Al Quran.

Sementara itu, pelaku mengaku hanya menganggap Al Quran sebagai pegangan dalam menjalani ritual pengobatan. Ia mengaku tidak menginjak Al Quran, tapi hanya menaruh kitab suci umat Islam itu di bawah kakinya.

“Nah, untuk menghindari konflik, kami amankan saja pelaku dan meminta menghentikan praktik pengobatan alternatifnya,” katanya. Kepolisian, kata Hariri, belum menetapkan pelaku sebagai tersangka. Polisi kini menunggu bukti-bukti yang dikumpulkan dari MUI tentang bentuk pelecehan agama Islam.

Selain itu, Unit Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan Sangkapura juga memantau kegiatan Soleh dari segi medis karena selama tiga bulan berpraktik, dia memakai obat-obatan yang biasa dijajakan dengan sistem multi level marketing.

Sementara itu, Ketua Pengurus NU cabang Bawean Nizam mengatakan, Muspika Sangkapura memperingatkan Gus Soleh untuk menghentikan praktik pengobatannya, Selasa (27/1) lalu. Awalnya Soleh bersedia, tapi tak berselang beberapa lama kesepakatan itu dilanggar. Dengan mengerahkan massa (pasiennya), Rabu (28/1), Gus Soleh mendesak Muspika mencabut larangan membuka praktik pengobatan. “Karena dianggap sudah meresahkan warga, Muspika akhirnya mengusir Gus Soleh dari desanya,” katanya.

Namun, peringatan tersebut tetap tak diindahkan. Terbukti di Desa Daun, Gus Soleh tetap membuka praktik pengobatan. Bahkan, karena banyaknya pasien yang berobat, Soleh juga mendirikan ruang rawat inap. Biaya pengobatan ada yang digratiskan, tapi ada juga yang mencapai Rp 6 juta.

Warga desa pun banyak yang percaya dengan kehebatan Gus Soleh yang bisa menyembuhkan penyakit, apalagi dengan penampilannya yang berambut gondrong dan memakai kalung taring. “Awalnya warga tidak percaya, namun setelah berobat ada yang sembuh, ditambah beredar kabar dari mulut ke mulut itulah yang menjadikan nama Gus Soleh terkenal meski sebagian pasien masih tetap tak bisa disembuhkan,” katanya.

Sebagian saksi menyebut, saat melakukan ritual pengobatan, Gus Soleh mengajak pasiennya mengagungkan dirinya seperti Tuhan. Bahkan ia sempat membuat pemakaman di salah satu bukit di Desa Daun yang jika dirinya mati, warga diminta memuja makamnya.

Gus Soleh menolak dianggap melecehkan agama dalam menjalankan ritual pengobatannya. Ia mengaku bisa menyembuhkan orang sakit setelah lama bersemedi di beberapa makam leluhur di Desa Sangkapura. (ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com