Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Perjuangan Ibu Sunarsih

Kompas.com - 23/09/2008, 07:28 WIB

NGANJUK - Nasib naas dialami Sunarsih (37) warga Desa Sambijajar, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Ibu tiga anak ini tewas usai menjalani operasi kontrasepsi steril KB di RSUD Nganjuk.

Peristiwa ini terjadi ketika Sunarsih dan suaminya, Dariono (39), memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi. Untuk menyukseskan program keluarga berencana, Sunarsih mengikuti anjuran seorang akseptor KB setempat melakukan operasi steril.

"Istri saya menurut saja ketika diminta melakukan steril oleh petugas dari Dinas PPKBS (Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Sosial) Kecamatan Loceret. Katanya lebih efektif dan praktis," ujar Dariono, Senin (22/9).

Setelah berkonsultasi dengan petugas PPKBS, Sunarsih menjalani operasi steril di RSUD Nganjuk bersama empat ibu lainnya pada hari Senin (11/8). Saat itulah awal petaka itu terjadi. Ketika empat ibu lainnya keluar dari ruang operasi dalam hitungan menit, tidak demikian dengan Sunarsih.

Tubuh ibu muda itu keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak sadarkan diri alias koma. Petugas medis rumah sakit langsung membawanya ke ruang Intensif Care Unit (ICU) untuk mendapatkan pertolongan.

Seketika itu juga seluruh keluarga Sunarsih panik. Sebab berdasarkan penjelasan petugas PPKBS operasi steril itu tergolong ringan. Bahkan pasien tidak perlu menjalani rawat inap dan bisa langsung pulang. Karena itu ketika terdengar kabar Sunarsih dalam keadaan koma, tidak ada satupun keluarga korban yang mengerti kondisi itu.

Apalagi menurut pengakuan Dariono sebelum menjalani operasi istrinya sehat-sehat saja. Demikian pula saat melakukan cek kesehatan sebelum operasi tidak menunjukkan gejala penyakit apapun sehingga Sunarsih diizinkan mengikuti tahapan selanjutnya.

"Setelah dua hari dirawat di ICU, istri saya meninggal dunia. Tidak ada penjelasan apa-apa dari rumah sakit saat istri saya sakit," terang Dariono.

Sikap manajemen rumah sakit itulah yang disesalkan Dariono. Terlebih lagi kematian Sunarsih ini sekaligus melumpuhkan pondasi ekonomi keluarga. Sebab selama ini profesi Sunarsih sebagai pedagang sayur keliling menjadi tulang punggung ketiga anaknya.

Dariono hanya bekerja serabutan atau tidak menetap. Karena itu dia menuntut pertanggungjawaban Rumah Sakit atas kematian ini. Sampai saat ini dia hanya menerima uang duka dari RSUD Nganjuk sebesar Rp2 juta.

Dikonfirmasi hal itu, Direktur RSUD Nganjuk Nurhadi membantah adanya tindakan malpraktik. Berdasarkan hasil rekam medis yang diterima, Nurhadi memastikan jika kematian itu akibat kondisi pasien yang mengalami alergi obat bius. Hal ini menurutnya tidak bisa diketahui sebelum tindakan operasi dilakukan. Karena itu dia bersikukuh semua tindakan dokter sudah sesuai prosedur.

"Semua sudah dilakukan sesuai prosedur medis. Kemtaian ini akibat alergi obat bius," ungkap Nurhadi.

Disinggung pemberian kompensasi sebesar Rp2 juta kepada keluarga korban, Nurhadi membantah hal itu sebagai uang damai. Menurutnya hal itu bentuk kepedulian Rumah Sakit terhadap keluarga Sunarsih yang tidak mampu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com