Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Pesilat Mengamuk, Satu Tewas Belasan Luka

Kompas.com - 14/09/2008, 06:40 WIB

BOJONEGORO, MINGGU - Massa perguruan pencak silat SHT di Kedungadem Bojonegoro, Jawa Timur, mengamuk sehingga mengakibatkan seorang penduduk desa setempat, Yuswanto (35), tewas dan 15 orang lainnya menderita luka-luka.
    
Petugas Puskesmas Kedungadem, Warsono, Minggu (14/9), menyatakan, semua korban yang menjadi amuk masa perguruan pencak silat SHT di depan padepokannya di Desa Mlideg, Kecamatan Kedungadem, telah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
    
Lima korban yang menderita luka bacok cukup serius dilarikan ke RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, sedangkan korban lainnya ke RS Aisyiyah dan RSU Sumberrejo. "Ada sebagian yang lukanya ringan langsung pulang," katanya.
    
Korban meninggal telah divisum di RSUD Bojonegoro dan diketahui kepalanya hancur akibat terkena benturan. Warsono memperkirakan, anggota perguruan pencak silat yang mengamuk jumlahnya ratusan.
    
"Korban yang saya beri pertolongan di tempat kejadian mengaku dipukuli dengan benda tumpul dan senjata tajam," katanya.
    
Korban tersebut adalah masyarakat yang sedang lewat di desa setempat sepulang dari menonton orkes dangdut di Desa Kesongo juga di Kecamatan Kedungadem. Ketika lewat jalan di depan padepokan SHT di Desa Mlideg itu mereka langsung diserbu ratusan orang dengan menggunakan senjata tajam dan pentungan.
    
"Korbannya tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan wanita," katanya.
    
Sementara itu, Kapolsek Kedungadem AKP Sunarmin yang dimintai konfirmasi menyatakan, polisi masih terus mengusut kejadian itu. Sembilan dari anggota perguruan SHT yang diduga sebagai pelaku sekarang ini diamankan di Mapolres untuk dimintai keterangan.
    
"Mereka yang dikeroyok itu masyarakat biasa. Anggota padepokan SHT menganggap mereka berasal dari perguruan pencak silat lain yang bermusuhan," katanya.  
    
Hingga pagi ini satu peleton anggota Polres Bojonegoro masih mengamankan lokasi kejadian. "Sekarang kondisi sudah reda," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com