Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNKT Selidiki Kecelakaan KA di Bandar Lampung

Kompas.com - 18/08/2008, 18:44 WIB

BANDAR LAMPUNG, SENIN - Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mulai Senin (18/8) melakukan pemeriksaan dan penyelidikan di Bandar Lampung. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya kecelakaan kereta antara KA Limex Sriwijaya yang menabrak lokomotif KA Batu Bara Rangkaian Panjang, Sabtu (16/9).

Ketua Tim KNKT Koen Sabdono, Senin (18/8), di Stasiun Labuanratu, Kedaton, Bandar Lampung mengatakan, pemeriksaan dan penyelidikan sementara tim KNKT yang terdiri atas tujuh orang tersebut mendapati peralatan persinyalan dalam kondisi baik. Itu dibuktikan ketika pengatur perjalanan kereta api (PPKA) Stasiun Labuanratu Kusmaryadi dan satu petugas stasiun mencoba mengaktifkan dan menguji coba persinyalan.

PPKA Stasiun Labuhanratu dibantu oleh PPKA dari Stasiun Tanjungkarang dan Stasiun Rejosari menguji coba dan mengaktifkan sinyal tanda kereta masuk dari arah Stasiun Tanjungkarang menuju Stasiun Rejosari di Natar, Lampung Selatan dan juga dari arah sebaliknya. Pada uji coba tersebut, anggota KNKT dipimpin Koen Sabdono mengamati, sinyal tanda kereta bisa masuk jalur, sinyal jalur belum aman, sinyal jalur aman, hingga sinyal jalur bisa dilewati kereta terpantau baik.

Semua alat-alat persinyalan kami pantau dalam kondisi baik, ujar Koen. Penyelidikan terhadap alat tersebut, lanjut Koen, juga menunjukkan bahwa saat PPKA Sutrisno membolehkan KA Limex Sriwijaya memasuki jalur satu pada Sabtu (16/8), sinyal aman untuk kereta masuk lintasan juga terlihat.

Penyelidikan Senin pagi dilanjutkan dengan pemeriksaan rumah sinyal, penyelidikan mengenai jarak pandang dan jarak antara KA Limex Sriwijaya dengan KA Babaranjang. Seperti diketahui, masinis KA Limex Sriwijaya, Subandrio, terpaksa melakukan pengereman mendadak dengan mengaktifkan seluruh sistem pengereman di kereta untuk menghindari tabrakan. Ia melakukan pengereman mendadak karena sama sekali tidak mengetahui adanya rangkaian KA Babaranjang di jalur yang akan dilewati.

Menurut Koen, untuk alasan jarak pandang yang tertutup tersebut, KNKT akan menyelidiki kemungkinan alasan padatnya permukiman penduduk di sekitar jalur yang melengkung tersebut. KNKT sudah mempelajari peta jalur rel kereta api dari Stasiun Labuanratu menuju Stasiun Rejosari.

Dalam peta tersebut diketahui, setelah stasiun Labuanratu terdapat jalur melengkung, tepatnya jalur satu tempat KA Babaranjang parkir. Sebelah kanan dan kiri jalur melengkung tersebut dipadati permukiman penduduk, toko, ataupun bangunan-bangunan lain. Di dalam UU 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian disebutkan, seharusnya belasan meter di kanan kiri jalan rel merupakan ruang kosong. "Kemungkinan padatnya bangunan sebagai penghalang pandangan ini nanti akan kami selidiki dan kami jadikan reomendasi," ujar Koen.

Selain mengecek alat-alat, kondisi jarak pandang, ataupun jarak antar kereta, tim KNKT juga akan bekerja memeriksa kelayakan rel dan rumah sinyal. Selain itu, mulai Senin sore hingga Selasa pagi tim KNKT akan memeriksa petugas stasiun, masinis kereta, asisten masinis, hingga kondektur kereta.

Sementara itu, pantauan Kompas di RSUD Abdul Moelok menunjukkan jumlah pasien korban kecelakaan kereta yang semula 15 orang kini tinggal 12 orang. Sementara pasien korban kecelakaan kereta yang dirawat di RS Advent masih dua orang. Seluruh pembiayaan pengobatan dan perawatan para korban luka dan meninggal menjadi tanggungan PT Jasa Raharja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com