Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Melaut, Nelayan Kesulitan Pangan

Kompas.com - 15/02/2008, 20:59 WIB

BREBES, JUMAT - Akibat tidak melaut, sejumlah nelayan tradisional di Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes kesulitan memenuhi kebutuhan pangan. Mereka terpaksa hidup dari menghutang, karena tidak memiliki penghasilan. Saat ini, sebagian dari mereka terpaksa mengonsumsi aking atau nasi yang dikeringkan.

 

Dulah (35), nelayan Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Jumat (15/2) mengatakan, akibat ombak besar yang terjadi pada musim angin barat, nelayan tradisional kesulitan melaut. Ketinggian ombak mencapai tiga meter, sehingga membahayakan kapal sopek yang memiliki berat di bawah lima gross tone.

Dari sekitar 500 kapal yang ada di sana, lebih dari 90 persen tidak dijalankan pemiliknya sejak dua pekan lalu. Para nelayan, termasuk dirinya terpaksa menganggur, sehingga tidak memperoleh penghasilan. Sebelumnya, penghasilannya sekitar Rp 25.000 hingga Rp 40.000 sekali melaut, untuk jangka waktu tiga hari.

Padahal, Dulah harus memenuhi kebutuhan keluarga dengan tiga anak. Isterinya, Carilah (25) yang selama ini bekerja sebagai buruh pengupas rajungan dengan penghasilan Rp 15.000 per hari, juga kehilangan pekerjaan. Sejumlah perusahaan pengolah rajungan di Kecamatan Losari mengurangi produksi akibat kesulitan mendapatkan rajungan.

Akibatnya saat ini, Dulah dan keluarganya terpaksa hidup dari menghutang di warung tetangganya. Hutang tersebut akan dibayar setelah ia kembali ke laut. Agar beban hutang tidak terlalu banyak, ia dan keluarganya terpaksa mengurangi konsumsi.

Biasanya, ia membutuhkan sekitar 1,5 kilogram beras per hari. Namun saat ini, konsumsi beras diturunkan menjadi setengah kilogram per hari. Agar nasi yang diperoleh banyak, isterinya menambahkan satu kilogram aking ke dalamnya. Harga aking murah, hanya Rp 2.000 per kilogram, sedangkan harga beras Rp 6.000 per kilogram. Lauk untuk makan juga seadanya, seperti parutan kelapa, sambal, atau ikan asin.

Hal senada disampaikan Wati (40), warga Desa Prapag Kidul lainnya. Selama ini, ia hanya mengandalkan penghasilan suaminya, Karnadi (50) serta dua anaknya, Tarmo (27) dan Rosid (23) sebagai buruh nelayan. Sejak terjadi ombak besar, suami dan anak-anaknya tidak melaut, sehingga tidak mendapatkan penghasilan.

Padahal, ia harus menghidupi enam anak yang lain dan lima cucu. Saat ini, ia terpaksa menghutang dari warung tetangganya. Agar bertahan, ia mengurangi konsumsi beras dari tiga kilogram per hari menjadi 1,5 kilogram per hari.

Untuk mengurangi beban hutang, tidak jarang ia menggan ti konsumsi beras dengan aking. Wati mengaku tidak mengonsumsi jagung atau singkong karena kedua jenis komoditas tersebut sulit diperoleh di wilayahnya. (WIE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com