Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Malapraktik Persalinan Dalam Air, Dokter Kandungan Dipolisikan

Kompas.com - 11/10/2013, 21:20 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang dokter kandungan senior berinisial TOS dilaporkan ke polisi atas dugaan malapraktik persalinan dalam air atau water birth di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. TOS dilaporkan oleh pasiennya, yaitu Martini Nazif (35).

Pelapor mengatakan bahwa TOS orang yang paling bertanggung jawab yang menyebabkan anak pertamanya meninggal dalam persalinan pada 8 November 2012. "Waktu anak saya meninggal dunia itu, saya shock," kata Martini saat ditemui seusai melaporkan TOS di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya, Jumat (11/10/2013).

Martini menceritakan, kejadian itu bermula saat dia memasuki usia kandungan tujuh bulan pada September 2012. Saat itu, kakak Martini bernama Rita Novela (49) menyarankannya untuk berkonsultasi dengan TOS. Rita mengenal TOS karena dokter tersebut pernah membantu kelahiran anak Rita melalui bedah caesar.

Awalnya, Martini meminta kepada TOS agar dia dapat melahirkan dengan bedah caesar seperti kakaknya. Namun, setelah beberapa kali konsultasi di sebuah klinik di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, TOS menyarankan agar Martini melahirkan dengan metode water birth. Saat itu, TOS beralasan bobot badan anak dalam kandungan Martini terlalu ringan. Saat periksa USG 4 dimensi saat hamil 7 bulan, berat bayi Martini sekitar 2,6 kilogram.

Ketika Martini hendak melahirkan, sempat dilakukan pemeriksaan USG kembali, dan berat bayinya naik menjadi 2,9 kilogram. Namun, secara mengejutkan, bayi yang sedianya diberi nama Mayumi Rose Dees itu lahir dengan bobot 3,45 kilogram.

Martini menceritakan, saat proses persalinan di sebuah rumah sakit di Duren Tiga, dia melihat TOS terkesan tidak serius. Ia menuturkan, saat itu TOS sibuk memainkan telepon genggam sampai menangani lebih dari satu pasien water birth dalam satu waktu. Bahkan, perawat nonmedis sempat keluar masuk ruang bersalin untuk memindah dan mengembalikan alat penghangat water birth.

"Saya juga mendapat delapan kali induksi, padahal seharusnya maksimal 3 kali induksi, kalau tidak ada perubahan dicaesar," ujar Martini.

Pemberian induksi yang menyertakan obat penghilang nyeri diduga mengakibatkan bayi Martini mengalami hipoksia sehingga kekurangan suplai oksigen. Saat dilahirkan, bayi Martini sudah meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com