SANGATTA, KOMPAS.com — Taman Nasional Kutai (TNK), Kalimantan Timur, kembali kecolongan ulin. Minggu (9/6/2013) pagi, petugas menemukan 46 lembar papan ulin, di tepi ruas Jalan Sangatta-Bontang Km 4. Namun, perambah berhasil kabur sehingga petugas hanya mendapat barang bukti dan motornya.
"Sayang, pelakunya bisa kabur. Penjarah punya banyak mata-mata. Mereka bisa masuk TNK dan leluasa menebang di malam hari. Juga selalu tahu kapan petugas berpatroli," ujar Kepala Seksi Pengelolaan TNK Wilayah 1 Sangatta, Kutai Timur, Hernowo Supriyanto, Senin (10/6/2013) sore. Barang bukti 46 lembar papan ulin itu setara dengan dua meter kubik.
"Satu meter kubik ulin harganya Rp 5,5-Rp 7 juta, jadi nilai rupiahnya Rp 11- Rp 14 juta," sebut Hernowo. Dia menambahkan, dua meter kubik ulin adalah setara dengan satu pohon ulin. "Kerugian yang besar," ujar dia.
Kayu besi
Pohon ulin, salah satu vegetasi asli yang dikenal sebagai kayu besi Kalimantan, saat ini semakin langka. Tumbuhan yang bisa mencapai tinggi 35 meter itu semakin sulit didapatkan di hutan. Pohon ulin adalah bahan baku utama untuk membuat rumah bagi warga Kalimantan yang bermukim di daerah rawa dan perairan.
Diperkirakan saat ini populasi ulin (Eusideroxylon zwageri) di Kalimantan, terutama Kalsel, tak sampai 20 persen dibandingkan kondisi 40 tahun lalu. Mencari pohon ulin dengan diameter 20 sentimeter disebut sudah sangat sulit.
Ulin masuk kategori vegetasi yang berkembang lambat. Dalam satu tahun, pertambahan diameter pohon kurang dari 1 cm. Ini berbeda dengan meranti yang bisa mencapai 1,5-2 cm.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.