Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Kaki Sumedang-Jakarta demi Bertemu Presiden

Kompas.com - 21/05/2013, 19:27 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Selangkah demi selangkah menempuh ratusan kilometer dijalani oleh Komarudin, Aden Tarsiman, Danuri, Yayan, Suharyana, dan Karyuman Priadi menuju Ibu Kota Jakarta, untuk menuntaskan niat mereka bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Panas dan hujan ditembus, hingga malam ini, Selasa (21/5/2013), mereka tiba di Kota Bandung untuk melepas lelah. Perjalanan panjang itu terlihat dinikmati oleh keenam pria berpakaian serba hitam itu. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menuntut penyelesaian dampak sosial pembangunan Waduk Jatigede yang dianggap telah merugikan 8.840 Kepala Keluarga di 32 desa dan enam kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, selama 27 tahun terakhir.

Tak ada perbekalan khusus yang mereka bawa, hanya topi caping, kain iket, jas hujan, dan air minum seadanya sebagai teman perjalanan beberapa hari ke depan. Selain itu, spanduk- spanduk dan poster bertuliskan tuntutan penyelesaian dampak sosial Waduk Jatigede tidak pernah tertunduk selama perjalanan.

Aden Tarsiman (48), pria berkumis tebal ini, mengatakan, keberangkatan mereka diawali dari alun-alun Kota Sumedang, Selasa (21/5/2013) pukul 09.00 WIB pagi. Siang tadi pun mereka sempat singgah sebentar di Mapolda Jabar untuk sekadar beristirahat dan meminta izin dukungan.

"Latar belakang kami melakukan aksi ini karena ketidakpuasan kami terhadap pemerintah dalam menangani dampak sosial di Jatigede. Tapi bukan berarti kami tidak percaya kepada pemerintah," kata Aden ketika rehat di Sekretariat Walhi Jawa Barat, Jalan Piit, Kota Bandung.

Meski tampak lusuh oleh keringat dan sisa-sisa debu jalanan selama perjalanan mereka dari Sumedang hingga Kota Bandung, Aden tampak menggebu-gebu menceritakan permasalahan yang terjadi selama proses pembangunan fisik Waduk Jatigede.

Menurut Aden, warga di 32 desa yang terkena dampak pembangunan kawasan waduk Jatigede khawatir masalah pembayaran sisa lahannya tidak terselesaikan. Padahal, sudah 27 tahun ke belakang sisa kekurangan pembayaran tersebut belum juga diberikan.

"32 desa itu masih punya masalah masing-masing. Seluruh desa belum tuntas pembayaran pembebasan lahannya. Intinya September ini akan digenang, sementara hak-hak rakyat sampai hari ini belum dituntaskan." kata Aden dengan asap rokok yang mengepul, menghapus letihnya.

Aden pun secara tulus mengatakan, aksi yang mereka lakukan ini murni membawa curahan hati nurani orang terkena dampak (OTD) Waduk Jatigede. "Tidak ada yang memengaruhi dan memprovokasi kami. Ini murni asli aspirasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang ada di Jatigede," paparnya berapi-api.

Apabila tak dapat bertemu dengan Presiden SBY, keenam orang yang berprofesi sebagai petani itu akan nekat menginap di Istana Negara hingga bertemu sang pemimpin negara. "Kami cuma ingin bertemu agar Bapak Presiden segera meninjau ulang masalah Jatigede sebelum digenangi," imbuhnya.

Dari wajah keenam orang itu, sama sekali tidak terpancar sedikit pun kekhawatiran akan aral yang bakal menghadang mereka dalam beberapa hari ke depan. Mereka akan melalui beberapa kota seperti Cianjur, Bogor, dan Depok.

Mereka masih bisa tertawa dan bersenda gurau selama perjalanan itu. Namun, untuk hari ini, mereka memutuskan menginap di Sekretariat Walhi Jawa Barat sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya, seteleh bertemu dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com