Kutai Timur, Kompas
Korban meninggal adalah Ahmad Sirajul Yudha (21), pengawas tongkang Sahoya 3. Ahmad tewas karena terjebak di ruang akomodasi kapal. Adapun Sutrisno (39), anak buah kapal Arya Candra, yang terjun ke laut untuk menyelamatkan diri sesaat setelah kapal meledak, jasadnya belum ditemukan.
Kepala Kepolisian Resor Kutai Timur, Kalimantan Timur, Ajun Komisaris Besar Budi Santosa menuturkan, untuk mengevakuasi Ahmad, tim SAR harus berhati-hati karena kapal berpotensi meledak kembali.
Untuk menemukan jasad Sutrisno, sepanjang Rabu tim mencari hingga sejauh 5 mil (sekitar 8 kilometer) dari lokasi kapal naas itu. ”Tim SAR gabungan yang dibantu nelayan masih nihil menemukan korban,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kutai Timur Syafranuddin.
Biasanya, tambah dia, jika korban tenggelam di laut, jasadnya mengambang dalam waktu tiga hari. Pencarian di laut sudah cukup jauh, tetapi arus yang deras bisa saja menyeret korban hingga jauh, atau justru menenggelamkan dan menjepit korban di bawah kapal.
Untuk menarik kedua kapal yang berada sekitar 2 mil dari pelabuhan khusus milik perusahaan tambang batubara PT Kaltim Prima Coal itu, tim harus menunggu air laut pasang.
Terkait meledaknya kapal, hingga kini polisi belum menemukan penyebabnya. ”Kami masih menyelidiki kasus tersebut dan belum menetapkan siapa-siapa tersangkanya,” kata Budi.
Sebagaimana diberitakan, Senin (29/4) sore, selesai menurunkan muatan solar di pelabuhan, kapal tongkang Sahoya 3 tiba-tiba meledak dan terbakar. Ledakan tersebut menyambar kapal tunda yang berada di sebelahnya. Akibatnya, tiga orang, dari lima orang yang hilang saat ledakan terjadi, tewas.
Catatan Kompas, peristiwa serupa pernah terjadi pada Agustus 2012.