Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrok di Lokasi Tambang Emas, Satu Orang Tewas

Kompas.com - 14/11/2012, 03:57 WIB

MALUKU, KOMPAS.com - Satu orang tewas dalam bentrok antarwarga di lokasi penambangan emas rakyat Gunung Botak, Kecamatan Wamsait, Kabupaten Buru, Maluku kembali terjadi sejak Selasa (13/11) sekitar pukul 23.10 WIT.

"Diduga kuat bentrokan berawal dari aksi sejumlah penambang emas memarangi salah satu warga Dusun Waetemun (Desa Waengapan) yang belum diketahui identitasnya ini hingga tewas," kata salah satu warga Namlea, Ibrahim Wael yang dihubungi Antara, dari Ambon, Rabu (14/11/2012) dinihari.

Sejumlah aparat keamanan yang tiba di lokasi bentrokan sejauh ini belum berhasil mengatasi bentrokan tersebut. Ibrahim Wael mengatakan, insiden pemarangan para penambang terhadap salah satu warga Waetemun hingga tewas ini belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, peristiwa ini telah memicu kemarahan penduduk setempat hingga terlibat baku-hantam dengan para penambang.

Sejak tambang emas ditemukan tahun lalu, bentrokan antara para penambang dengan penduduk lokal di kawasan Gunung Botak sudah berulang kali terjadi dan mengakibatkan korban jiwa maupun luka-luka berat atau ringan. Akan tetapi, tidak ada proses penegakan hukum secara tegas. Misalnya, bentrokan warga asal Desa Ambalauw dengan penduduk lokal di sekitar lokasi penambangan dan berlanjut ke Namrole, Kabupaten Buru Selatan.

"Sepertinya kawasan Gunung Botak sudah berlaku hukum rimba, siapa kuat dia menang dan tidak ada proses hukum yang pasti," katanya.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Maluku, Anna Latuconsina mengatakan, penemuan logam mulia di Pulau Buru bukan saja membawa berkah tapi juga menimbulkan begitu banyak persoalan hukum, sosial dan ekonomi.

"Saat melakukan penjaringan aspirasi ke daerah itu, kami mendapati ada ratusan anak-anak sekolah dasar dan SMK yang terpaksa libur karena para gurunya beralih profesi jadi penambang," katanya.    

Para petani di daerah itu juga mengeluhkan ancaman pencemaran terhadap ratusan hektar tanaman padi dan ternak yang dipelihara akibat limbah berbahaya, serta sulitnya mendapatkan tenaga buruh tani saat ini akibat sudah beralih profesi menjadi penambang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com