BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengakui letusan Gunung Anak Krakatau minggu ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya.
Ia membenarkan bahwa di awal letusan pada Minggu (2/9/2012), Anak Krakatau sempat mengalami letusan tipe vulkanian. "Kalau di awal-awal letusan, kalau tidak freatik ya tergolong vulkanian. Itu letusan pendobrak," ujar Surono, Jumat (7/9/2012).
Letusan freatik atau vulkanian umumnya ditandai dengan lontaran lava pijar, abu vulkanik, bahkan awan panas. Tinggi lontaran abu vulkanik itu bisa mencapai 2 kilometer ke angkasa.
Dalam rilis sebelumnya, PVMBG menyatakan tipe letusan GAK adalah strombolian seperti biasanya. Letusan tipe ini didominasi lelehan lava pijar, tidak mengeluarkan abu vulkanik hingga ribuan meter ke udara.
"Pada sore harinya, Pukul 18.30, itu (letusan) lebih didominasi strombolian. Aliran dan lontaran lava pijar (bom lava) terlihat," ujarnya.
Sebelumnya, Georesearch Volcanedo, Jerman, yang melakukan riset di GAK tepat saat meletus mengungkapkan bahwa letusan GAK kali ini sangat berbeda. Letusan tipe vulkanian rendah terjadi hingga 6 jam nonstop.
Gumpalan abu vulkanik mencapai ketinggian lebih dari 2 kilometer. Abu vulkanik ini kemudian terbawa angin dan mengakibatkan hujan abu di Bandar Lampung dan sekitarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.