Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bongkar Muat Batu Bara Rugikan Nelayan Bengkulu

Kompas.com - 22/07/2012, 03:59 WIB

BENGKULU, Kompas.com - Para nelayan tradisonal di Kota Bengkulu mengeluhkan keberadaan kapal besar yang melakukan bongkar muat batu bara di sekitar Pulau Tikus setempat. Pasalnya, kapal-kapal itu merusak habitat ikan.

Menurut seorang nelayan di Kawasan Malabro, Kota Bengkulu, Ruswan, sejak keberadaan kapal-kapal besar itu, hasil tangkapan berkurang. Kapal tersebut merusak terumbu karang, tempat ikan bersarang.

Tidak hanya kerusakan terumbu karang, tapi tumpahan batu bara setiap melakukan kegiatan bongkar muat juga sudah mencemari perairan Pulau Tikus. Hal itu terbukti ketika mencari ikan dengan menggunakan tombak, pada dasar karang yang dulunya jernih sekarang menghitam oleh batu bara, ujarnya.

"Kami melihat terumbu karang sebagian besar hancur akibat ditekan jangkar kapal-kapal besar yang beratnya mencapai puluhan ton," katanya, Minggu (22/7/2012).

Ia mengatakan, sebelum perairan sekitar Pulau Tikus, yang terletak tiga mil dari pantai itu, menjadi lokasi bongkar muat batu bara sejak tiga tahun lalu itu, penghasilan nelayan masih lumayan. Tetapi sekarang, penghasilan mereka jauh berkurang.

Padahal, perairan Pulau Tikus saat gelombang tinggi seperti sekarang ini menjadi salah satu lokasi nelayan tradisonal mencari nafkah.

"Kami mohon pemerintah daerah dan wakil rakyat menghentikan kegiatan pengusaha batu bara tersebut, karena pelabuhan pulau Baai sudah bisa dimasuki kapal berbobot besar," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Bengkulu, Eko Apriyanto mengatakan, pihaknya sudah menyurati para pengusaha batu bara di Bengkulu untuk menghentikan kegiatan di sekitar Pulau Tikus tersebut. Tetapi para pengusaha itu terlihat bandel, sehingga tetap melakukan bongkar muat batu bara di sekitar pulau Tikus tersebut.

"Kami tetap berupaya agar kegiatan merugikan nelayan dan lingkungan itu berakhir karena pelabuhan Pulau Baai Bengkulu sudah siap melayani kapal berbobot besar," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com