Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MUI Ternate: PNS "Ngaku" Nabi Itu Alami Gangguan Jiwa

Kompas.com - 11/07/2012, 13:48 WIB
Kontributor Halmahera, Anton Abdul Karim

Penulis

TERNATE, KOMPAS.com — Masih ingat dengan Asrianti Samuda, oknum pegawai negeri sipil di Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi utusan Tuhan. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Ternate Ibrahim Muhammad menilai, Samuda mengalami gangguan kejiwaan.

"Saya tidak mengatakannya gila, ya. Karena, untuk mengklaim itu, ada pihak yang berwenang. Tapi, saya melihat kasus Samuda ini lebih pada mental psikolog yang kurang stabil. Saya lihat orang ini akalnya kurang sehat," ujar Ibrahim saat dimintai keterangannya, Rabu (11/7/2012).

Ibrahim mengatakan, terkait dengan kasus Samuda ini,  Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ternate juga sudah beberapa kali mengundang yang bersangkutan untuk membahasnya. Dari beberapa kali dialog, Ibrahim lantas memvonisnya bukan karena penyiaran aliran sesaat. "Dia memang berfaham, tetapi dia tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Saya contohkan, ada orang yang tidak mau shalat, itu kan urusan dia dengan Tuhan. Tapi, kalau dia ajak orang agar tidak shalat juga, itu baru menyimpang karena mengganggu kenyamanan," kata Ibrahim.

Dia lantas mengklarifikasi pernyataan salah satu ketua MUI Maluku Utara yang menyebutkan bahwa Samuda memiliki pengikut sekitar 40 orang di Ternate. Menurut Ibrahim, Samuda tidak memiliki pengikut karena yang bersangkutan tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Begitu juga soal buku yang diterbitkan Samuda, lanjut dia, hanya bersifat tausiyah kepada orang lain. Bukan untuk mengajak orang lain untuk mengikutinya.

MUI Kota Ternate juga tidak terlalu ketat mengawasi Samuda karena yang bersangkutan dinilai mengalami gangguan kejiwaan dan tidak mengajak orang lain. "Hanya saja, kami tetap antisipasi jangan sampai ada warga yang menghakimi dia," ujar Ibrahim.

Sementara itu, Ibrahim mengatakan, ada sekelompok orang di Ternate, tepatnya di Kelurahan Sabia, Ternate Utara, yang diragukan pemahamannya tentang agama. Kelompok ini sebelumnya diklaim salah satu ketua MUI Provinsi Maluku Utara sebagai pengikut Samuda. Menurut Ibrahim, kelompok ini tidak punya hubungan dengan Samuda. Mereka justru punya pemahaman sendiri tentang agama. Mereka juga punya pimpinan atas nama Nyong Nawawi.

"Mereka ini dikenal dengan aliran Syiah Djafariah dari Marekurubu karena penyebarannya di Marekurubu," ungkap Ibrahim.

Penyiaran aliran yang dinilai menyimpang itu ternyata ditemukan MUI Kota Ternate sejak 5-6 bulan lalu. "Kami juga sudah berulang kali mengundang mereka berdialog. Kami meminta referensi mereka tentang faham yang mereka anut, tetapi sampai sekarang mereka belum berikan," kata Ibrahim.

Ia menjelaskan, dalam ilmu teologi Islam memang dibenarkan ada aliran seperti Syiah dan sebagainya. "Tapi, Syiah yang satu ini bagi saya, kok, lain, ya," tandas Ibrahim.

Para pengikut kelompok Nawawi tidak mau berbaur dengan masyarakat lain. Apalagi dalam hal shalat, kelompok ini tidak mau melakukan shalat berjamaah dengan umat Islam pada umunya. "NU dan Muhammadiyah itu organisasi besar yang mungkin punya sedikit perbedaan masalah fikih. Tapi, mereka tetap bersama saat melaksanakan ibadah. Lah, yang ini malah tidak mau berbaur dengan masyarakat," katanya.

MUI Kota Ternate lantas mengambil langkah dengan meminta kelompok tersebut untuk menghentikan penyiaran pemahamannya itu karena dinilai mengganggu kenyamanan orang lain. Soal langkah tegas untuk menghentikannya, Ibrahim mengaku bahwa MUI tidak punya kewenangan.

"MUI hanya mengarahkan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Soal sikap tegas karena mengganggu kenyamanan ada Kesbanglinmas. Kami sudah menyurati Pemkot Ternate untuk menghentikannya," ujar Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com