Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Unhalu Bernama Wallacea, Masih Relevankah?

Kompas.com - 06/04/2012, 22:47 WIB
Frans Sarong

Penulis

KOMPAS.com - Belum lama diberitakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh meresmikan museum baru millik Universitas Haluoleo atau Unhalu, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Museum yang diharapkan menjadi pelestari kebudayaan nasional, sekaligus basis peningkatan ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan kebudayaan, diabadikan bernama Wallacea.

Kuat dugaan, Wallacea itu dari nama belakang pakar ilmu hayat Inggris yang bernama lengkap Alfred Russel Wallacea. Sejauh diketahui, salah satu peninggalannya untuk bumi Nusantara adalah perentangan garis Wallacea, antara Selat Lombok hingga Selat Makassar yang dikenal sejak tahun 1860.

Rentangan itu bermakna sebagai garis batas kawasan fauna atau dunia binatang.

Menurut Wallacea, garis itu adalah pembatas antara fauna Asia untuk kawasan sebelah barat, dan fauna Australia untuk kawasan sebelah timur, termasuk Flores, Timor, dan pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Salah satu contoh paling tegas adalah keberadaan gajah sebagai binatang Asia. Kata Wallacea, binatang besar itu tidak terdapat di kawasan fauna Australia (termasuk Flores, Timor dan pulau lainnya di NTT).

Pemisahan kawasan fauna melalui garis Wallacea itu, seharusnya sudah terbantahkan berdasarkan temuan fosil gajah purba di wilayah Kabupaten Ngada (Flores) tahun 1957 oleh Theodor Verhouven, misionaris Katolik asal Belanda.

Verhouven juga menemukan fosil serupa di sekitar Atambua, kota Kabupaten Belu di Pulau Timor (NTT) tahun 1964. Berdasarkan temuan yang sempat menghebohkan itu, Verhouven sampai pada kesimpulan di waktu silam antara Jawa-Nusa Tenggara (termasuk NTT), hingga Sulawesi tersambung melalui hubungan darat.

Dengan demikian fauna Asia seperti gajah juga pernah hidup di Flores dan Timor. Jika Museum Wallacea di Unhalu diambil dari penggalan nama Alfred Russel Wallacea, barangkali perlu dipertimbangkan kembali, karena secara ilmiah beraroma kontroversial. (Frans Sarong)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com