Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gudang Garam Bantah Hendak Beli Aset Retjo Pentung

Kompas.com - 07/03/2012, 13:36 WIB
Doddy Wisnu Pribadi

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Pabrik Rokok (PR) PT Gudang Garam (GG) menyampaikan bantahannya bahwa sedang melakukan negosiasi hendak membeli aset PR Retjo Pentung sebagaimana diberitakan. PR GG memberi pernyataan bantahan tersebut melalui surat-e (email) kepada media, yang sampai di Kompas Rabu (7/3).

Pada surat berkop siaran pers itu, dengan gambar logo GG yang khas, gambar deretan gudang, dua gunung dan rel di depan gudang, surat itu menyatakan, Sehubungan dengan pemberitaan di berbagai media massa yang mengabarkan bahwa pada saat-saat ini sedang ada negosiasi dan atau transaksi antara PT GG.Tbk untuk membeli PR Retjo Pentung, maka dengan ini kami menyatakan bahwa berita itu tidak benar sama sekali. Frasa tidak benar sama sekali diberi huruf tebal.

"Saat ini kami tidak sedang melakukan negosiasi, apalagi transaksi dalam bentuk apapun dengan perusahaan PR Retjo Pentung, atau siapapun yang mewakilinya," bunyi siaran pers yang ditandatangani Slamet Budiono, disebut dalam siaran pers sebagai Wakil Direktur beralamat di Jalan Semampir II/1 Kediri.

Informasi mengenai hubungan PR GG dengan PR RP tersebut muncul saat demonstrasi eks buruh PR RP, hari Minggu (4/3/2012) di lokasi pabrik PR RP di Tulungagung, Jawa Timur.

Sebanyak sekitar 1.000 orang buruh ditelantarkan oleh PR RP yang sudah henti operasi sejak 1995. PR RP sendiri sudah berdiri sejak 1948, didirikan almarhum Soemiran, dan pada zamannya sempat amat mewarnai ekonomi kota kecil di selatan Jawa Timur itu.

Rudi, koordinator demonstran, saat demonstrasi itu menjelaskan, tiga aset besar PR RP, tersisa Unit II dan III saja, karena Unit I terjual diam-diam oleh sembilan orang ahli waris keluarga Soemiran.

PR PP mengalami kejayaan di zaman rokok kretek, bangkrut akibat tergilas oleh era rokok filter yang gagal diikuti PR PP. Rudi dan koordinator demonstran lainnya bahkan bisa merinci, negosiasi Unit II dan III antara tujuh anak almarhum yang tersisa dengan PR GG sudah berlangsung sembilan bulan terakhir.

(Sikap) PR GG sebenarnya enak s aja, bersedia memberi persyaratan apapun yang diminta, namun yang sulit adalah anak-anak almarhum karena berebut hak waris.

Nilai aset yang hendak ditransaksikan sekitar Rp 60 milyar, dan kewajiban terhadap pesangon buruh pesangon sebesar sekitar Rp 11 miliar, jika dihitung dengan nilai rupiah sekarang. Begitu alotnya negosiasi, sampai tim negosiasi berganti lima kali dalam sembilan bulan terakhir, jelas Rudi dan koordinator demonstran lainnya.

Bahkan nama-nama anak almarhum yang mempersulit proses negosiasi, dua orang, disebut dalam orasi, dan dibuat patungnya oleh para demonstran sebagai penghambat hak b uruh. Mulyadi, salah satu anak almarhum, menemui demonstran hari Minggu itu  meminta buruh bersabar dan berjanji mengedepankan kepentingan buruh.

Mulyadi mengaku tak terlibat penjualan Unit I karena merawat istrinya di Singapura, yang kemudian meninggal. Mulyadi salah satu anak almarhum yang dikenal dekat dengan buruh, karena ikut bekerja di pabrik.

Mulyadi yang ditemui Kompas usai menerima demonstrasi meminta, proses penjualan ini tidak usah dibesar-besarkan. Mulyadi menolak memberi nomer telepon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com