Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir di Aceh Tengah Minta Direlokasi

Kompas.com - 06/03/2012, 02:47 WIB

Banda Aceh, Kompas — Sebanyak 40 keluarga di Desa Arul Gadeng, Kecamatan Celala, Kabupaten Aceh Tengah, yang terancam banjir bandang dan longsor susulan berharap segera direlokasi ke tempat yang aman. Warga juga berharap ada bantuan ekonomi, mengingat 100 hektar lahan kebun dan sawah di desa tersebut hancur dilanda banjir, Sabtu (25/2) lalu.

Sekretaris Desa Arul Gadeng, Sukir, Senin (5/3), mengungkapkan, akibat bencana itu, bukit di atas perkampungan mereka retak dan dikhawatirkan akan kembali longsor saat hujan deras.

Permintaan relokasi sebenarnya sudah disampaikan warga Arul Gadeng, khususnya Dusun Satu, Dua, dan Tiga, sejak tahun 2010, setelah banjir bandang tahun tersebut. ”Namun sampai saat ini, kami tak kunjung direlokasi,” kata Sukir.

Desa Arul Gadeng dikenal rawan longsor. Daerah ini berada di pinggir area Kawasan Hutan Leuser, persisnya di jalur nasional antara Takengon-Nagan Raya. Tercatat, telah empat kali desa ini mengalami banjir bandang besar, yakni tahun 2002, 2004, 2010, dan 25 Februari 2012.

Akibat banjir bandang terakhir, 14 rumah warga tertimbun lumpur dan 40 keluarga terpaksa mengungsi. Para pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing sejak pekan lalu.

Jalur Takengon-Nagan Raya terputus di sejumlah titik di Desa Arul Gadeng akibat banjir tersebut. Namun, sejumlah alat berat yang dikerahkan Pemkab Aceh Tengah sejak Minggu sudah membersihkan tumpukan material di badan jalan itu.

Ekonomi warga juga terancam menyusul hancurnya 100 hektar tanaman kopi dan sawah milik mereka 25 Februari silam.

Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie M Iriawan mengatakan, pihaknya saat ini berkonsentrasi untuk menormalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tangse guna mengurangi risiko banjir dan longsor susulan.

Jembatan ambrol

Ambrolnya sebagian badan jembatan Kali Wadak pada sejak Jumat pekan lalu membuat mobilitas warga dari Kecamatan Kaligesing menuju Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dan sebaliknya terganggu. Untuk bepergian, warga kedua daerah itu hanya bisa berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com