Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilang, Peluang Ekspor Biodiesel 3 Juta Ton

Kompas.com - 27/02/2012, 05:24 WIB

Nusa Dua, Kompas - Perguruan tinggi akan menghimpun para peneliti dan kalangan akademisi untuk menyusun tanggapan atas notifikasi Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Environmental Protection Agency/EPA) yang menyebutkan minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan baku biodiesel bukan sebagai bahan bakar berkelanjutan.

Direktur Riset dan Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor (IPB) Iskandar Zulkarnaen Siregar saat dihubungi, Minggu (26/2), di Bandung, Jawa Barat, mengungkapkan, IPB akan mengumpulkan para peneliti terkait gambut, kebakaran hutan, dan dari berbagai aspek tentang sawit untuk menjawab notifikasi EPA.

”Tantangan terhadap produk sawit memang besar, tetapi kita harus solid. Apalagi sawit terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

IPB pada awal Maret 2012 akan menggelar diskusi meja bundar yang mengundang para peneliti terkait sawit. ”Kami akan memberikan tanggapan atas nama IPB,” ucap Iskandar.

Dukungan dari lembaga swadaya masyarakat juga diperlukan. Namun, lanjut Iskandar, dari pengalaman, para peneliti memiliki data lengkap karena secara keilmuwan mereka yang melakukan riset.

Indonesia berpotensi kehilangan peluang ekspor biodiesel berbahan baku CPO sebesar 2 juta sampai 3 juta ton per tahun jika studi EPA menjadi kebijakan. ”Biasanya kalau AS mulai, negara lain akan ikut,” katanya.

Ketua Pelaksana Harian Komisi Minyak Sawit Indonesia Rosediana Soeharto, pekan lalu, mengungkapkan, apa yang dilakukan oleh AS merupakan bentuk hambatan nontarif dan bagian dari strategi perdagangan AS untuk menghambat impor CPO sebagai bahan baku biodiesel.

”Itu semacam hambatan nontarif dan diperbolehkan WTO sepanjang penerapannya memiliki dasar penelitian dan bukti teknis. Kalau dipaksakan, kita bisa banding,” ujarnya.

Rosediana mengkritisi model dan asumsi yang digunakan Badan Perlindungan Lingkungan AS yang, menurut dia, terlalu banyak ketidakpastian.

Dia membandingkan antara AS dan Uni Eropa tidak sama dalam menghitung kemampuan CPO menekan emisi gas rumah kaca. ”Hasilnya jauh berbeda,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com