Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Konflik akibat Sawit dan Tambang di Kalsel sejak 2008

Kompas.com - 12/01/2012, 13:50 WIB
Defri Werdiono

Penulis

BANJARMASIN, KOMPAS.com — Kalimantan Selatan tidak lepas dari kasus penyerobotan lahan. Ada dua kasus yang mendominasi, yakni penyerobotan lahan masyarakat oleh perkebunan sawit dan tambang batubara.

Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Dwitho Frasetiandy, di sela-sela aksi nasional di Banjarmasin, Kamis (12/1/2012), mengatakan, sejak 2008 ada 28 kasus konflik sosial yang terkait perkebunan sawit di Kalsel. Belum lagi kasus pertambangan.

”Jumlah yang ditangani Walhi ada 8 kasus, 6 di antaranya terkait sawit dan 2 batubara,” ujarnya.

Unjuk rasa yang diikuti oleh 100-an orang dari 17 elemen masyarakat dan mahasiswa itu dilakukan di markas Polda Kalsel dan kantor DPRD Kalsel.

Selain berorasi, pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk dan poster, antara lain, berbunyi ”Audit Lingkungan Tambang dan Sawit”, ”Akui Hak-hak Masyarakat Adat”, ”Moratorium Izin Tambang dan Sawit di Kalsel”, serta ”Hentikan Semua Pelanggaran HAM”.

Menurut Dwitho, modus yang terjadi berupa penyerobotan tanah masyarakat oleh pengusaha. Mereka mendapat izin dari bupati.

Ia mencontohkan, kasus yang agak panas terjadi di Negara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tahun 2010, yang sempat diwarnai pembakaran 2 ekskavator.

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Hegar W Hidayat menambahkan, ekspansi modal yang mendapat legitimasi dari kepala daerah telah mempersempit ruang kelola masyarakat di Kalsel.

”Ada dua sektor besar penetrasi modal dominan yang mengekspansi dan menggusur. Mereka adalah tambang dan sawit. Tren yang sekarang terjadi di sektor sawit telah mengarah ke daerah rawa yang jadi sumber kehidupan rakyat,” ujar Hegar.

Menurut Hegar, penyerobotan lahan rakyat sebenarnya terjadi sejak tahun 1980-an, mulai dari hak pengusahaan hutan, 1990-an dengan masuknya batubara, dan pada tahun 2000-an sawit yang merajalela.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com