GORONTALO, KOMPAS.com — Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, menilai pemerintah daerah tidak serius menangani persoalan di Danau Limboto.
Kualitas danau yang semakin menurun dari tahun ke tahun, seperti sedimentasi dan pencemaran danau, tidak pernah dicegah. Padahal, Danau Limboto berperan sebagai kawasan tangkapan air yang dapat mencegah banjir.
”Pemerintah memang tidak serius menangani semua persoalan dan permasalahan di Danau Limboto. Danau Limboto termasuk danau yang kritis dan perlu penanganan serius sejak di wilayah hulu,” ujat Verrianto, Selasa (3/1/2012), di Gorontalo.
Verrianto menambahkan, Danau Limboto mempunyai peran penting bagi pencegahan banjir di wilayah Gorontalo. Jika sedimentasi di dasar danau dikeruk untuk memulihkan kedalaman danau, daya tampung air di danau itu akan meningkat. Meskipun hujan deras, danau dapat menampungnya sehingga mampu mencegah banjir di Gorontalo.
”Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi danau akan semakin buruk. Sedimentasi terus meningkat bahkan lama-kelamaan danau akan rata dengan daratan alias musnah,” ucap Verrianto.
Dari catatan Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, luasan permukaan Danau Limboto yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen di antaranya atau sekitar 2.100 hektar tertutup eceng gondok. Sedimentasi di dasar danau menyebabkan kedalaman air danau menurun drastis dari 30 meter pada 1932 menjadi 2,5-3 meter sejak 1990-an.
”Pemerintah Provinsi Gorontalo sudah menganggarkan dana Rp 93 miliar untuk revitalisasi Danau Limboto tahun ini,” kata Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.