Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tahun Hilang, Korban Tsunami Dipaksa Jadi Peminta-minta

Kompas.com - 23/12/2011, 16:02 WIB
M.Latief

Penulis

MEULABOH, KOMPAS.com - Wati (15), korban tsunami yang bertemu dengan orang tuanya di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, setelah menghilang selama 7 tahun, kini masih terbaring lemas. Ia masih trauma dengan kejadian yang dialami selama ini, salah satunya karena diperas oleh ibu angkat yang menemukannya.

Meri Yulanda, yang kemudian diganti namanya menjadi Hera Wati, saat ditemui di Meulaboh, Jumat (23/12/2011), ini menuturkan, selama ini ia diasuh oleh seorang ibu angkat di Kota Banda Aceh bernama Fatimahsyam, pascagempa dan tsunami 26 Desember 2004 silam.

"Dulu saya diambil sama ibu (Fatimahsyam), dibawa ke Banda Aceh. Saya minta pulang nggak dikasih," jawab gadis belia itu, saat dijumpai di rumah kakeknya, Ibrahim.

Wati menuturkan, selama ini ia mengaku diperkerjakan sebagai peminta-minta oleh ibu angkatnya itu. Ia mencari sedekah di jalan-jalan atau mendatangi toko, serta rumah-rumah dengan membawa selembar kertas mengaku sebagai anak yatim-piatu.

Ia mengaku teringat saat berusia delapan tahun, ketika masih duduk dibangku kelas III SD Negeri 10 Meulaboh, memiliki seorang ayah bernama Yus dan ibunya, yang juga disapa Yus, serta seorang kakek bernama Ibrahim di Meulaboh. Namun, saat itu ia tidak tahu alamat rumah.

Perempuan muda berambut cepak itu mengatakan, kepulangannya ke Meulaboh itu karena nekat kabur. Sayangnya, saat ditanyai alamat keberadaannya di kota Banda Aceh, ia sama sekali tidak tahu nama desa ataupun lokasi tempat ia pernah tinggal selama tujuh tahun bersama orang tua kandungnya.

"Tinggal di rumah gubuk kecil, setiap hari bekerja, sorenya pulang lagi ke rumah. Nama desanya tidak tahu," kata gadis belia itu dengan nada rendah.

Diduga disiksa

Sementara itu, ayah Wati, Tarmi Yunus atau akrab disapa Bang Yus, mengatakan, sejak kepulangannya ke rumah pada Rabu (21/12/2012) malam lalu, nafsu makan Wati terlihat masih kurang. Ia lebih memilih diam saat dilemparkan pertanyaan.

"Paling jawabanya, ya atau tidak. Saat kami tanya silsilah keluarga kami, sebagian besar ia masih ingat, karena waktu bersama kami ia sudah berumur delapan tahun," ujar Yus.

Lelaki yang bekerja sebagai kuli bangunan di Meulaboh ini menambahkan, dirinya kehilangan dua orang anak saat gelombang tsunami menerjang kampungnya. Anak tertuanya, Yuli, dan anak keduanya Meri Yulanda, hanyut terseret arus.

Yunus menuturkan, ia sangat menyayangkan ibu asuh anaknya itu di kota Banda Aceh karena tega tidak memberi tahu keberadaan Meri pada keluarganya di Meulaboh. Selain itu, ia melihat dari kondisi fisik tubuh anaknya terdapat beberapa bekas luka dan adanya tanda benjolan di kepala. Yus mengetahui hal itu saat kepulangan Wati dan menduga karena terkena sesuatu benda. Sayangnya, buah hatinya itu belum mau berbicara.

"Di kepalanya ada benjolan, di tangannya juga ada luka. Meri belum kasih tahu kenapa, tapi kuat dugaan saya, dia mendapat siksaan dari ibu asuhnya. Rambutnya saja dicepak," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com