TERNATE, KOMPAS -
Luapan air bercampur material lahar dingin, seperti debu vulkanik, batu, dan lumpur, menutup jalan sepanjang 300 meter di Kelurahan Tubo, Kecamatan Ternate Utara. Banjir menerjang 13 rumah di lingkungan RT 01 RW 01.
Longsoran material lahar dingin yang terbawa arus sungai juga melanda Desa Togafu, Kecamatan Pulau Ternate. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Namun, sebanyak 330 warga Tubo mengungsi ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Ternate dan gedung bekas Kantor Gubernur Maluku Utara yang berada di pusat Kota Ternate.
Kepala Bandara Sultan Babullah, Taslim Badaruddin, menjelaskan, hujan deras mempercepat proses pembersihan landasan dari hamparan debu vulkanik.
”Kami telah mengantongi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana sehingga bandara siap beroperasi kembali mulai Minggu (11/12),” tutur Taslim.
Mochtar (50), warga Kelurahan Tubo, mengatakan, material lahar dingin tumpah ruah di jalan dan memaksa warga berhamburan keluar dari rumah karena panik dengan suara gemuruh. Kelurahan Tubo adalah salah satu daerah rawan bencana letusan Gunung Gamalama.
Selain berlokasi di kaki gunung setinggi 1.715 meter di atas permukaan laut, warga Tubo umumnya menempati bantaran sungai tempat lahar dingin mengalir setiap kali Gamalama meletus. Luapan material lahar dingin dari sungai menutup jalan di lingkungan RT 01 RW 01 hingga beberapa jam.
Akses menuju Tubo baru terbuka pada Sabtu pukul 11.00, setelah warga bersama anggota Komando Resor Militer 152/Babullah dan Kepolisian Resor Ternate bergotong-royong membersihkan material lahar dingin dari permukaan jalan.
Sementara dari Temanggung, Jawa Tengah, kegiatan pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, telah dilengkapi enam alat khusus.
Empat alat ditempatkan di kawasan lereng Gunung Sindoro dan dua alat untuk pemantauan secara bergerak.