Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

60.000 Pohon Kelapa Mati

Kompas.com - 18/09/2011, 21:19 WIB

MANADO, KOMPAS.com — Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara (Apeksu) memperkirakan lebih dari 60.000 pohon kelapa di Sulut mati dalam sepuluh tahun terakhir, sebagian besar karena termakan usia.

”Sepuluh tahun lalu jumlah tanaman kelapa lebih dari 200.000 pohon, tetapi sekarang terus melorot sebab 30 persen di antaranya rusak ataupun mati, sebagian besar disebabkan umur tanaman yang sudah tua di atas 60 tahun,” kata Ketua Apeksu George Umpel, di Manado, Minggu (18/9/2011).

George mengatakan, selain faktor usia tanaman, matinya sejumlah pohon kelapa di Sulut disebabkan serangan penyakit busuk pucuk dan beberapa di antaranya sengaja ditebang untuk perumahan, serta sebab lainnya.

”Apeksu sangat prihatin dengan terus melorotnya jumlah tanaman kelapa di Sulut, untuk itu pemerintah daerah diminta segera mencari jalan keluar guna mempertahankan kelapa sebagai komoditas perkebunan andalan daerah ini,” kata George.

Disinggung program peremajaan tanaman kelapa dengan kebijakan penyaluran benih oleh pemerintah daerah, kata George, terbukti tidak praktis karena sebagian besar benih bantuan tidak dimanfaatkan petani.

”Yang menjadi masalah bagi petani bukan soal benih, sebab petani bisa menyediakannya. Yang justru menjadi masalah adalah biaya tanam dan pemeliharaan pohon kelapa yang sudah ditanam,” kata George.

Makanya, kata Goerge, akan lebih berhasil apabila pemerintah memberi subsidi untuk biaya penanaman dan pemeliharaan daripada menyediakan benih kelapa.

Dengan adanya subsidi biaya penanaman dan pemeliharaan, petani pasti termotivasi melakukan peremajaan tanaman kelapa dan pada akhirnya akan mengembalikan kembali kejayaan kelapa di Sulut.

Kelapa merupakan salah satu komoditas andalan masyarakat Sulut, selain cengkeh dan pala yang mampu memberi penghidupan ratusan ribu kepala keluarga Sulut.

Petani Sulut lebih banyak mengolah buah kelapa menjadi kopra kemudian dijual ke pabrik dengan harga saat ini berkisar Rp 6.000 hingga Rp 6.200 per kilogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com