Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Boja Menggelar "Syawalan" dan "Merti Desa"

Kompas.com - 06/09/2011, 03:40 WIB

Seusai merayakan Idul Fitri pada 31 Agustus 2011, warga Desa Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, melanjutkannya dengan menggelar tradisi syawalan dan merti desa atau sedekah bumi untuk melestarikan sejarah, tradisi, dan mengucapkan syukur atas hasil panenan, Senin (5/9).

Pada Selasa (6/9), sejumlah daerah pesisir di Jateng, seperti Demak, Jepara, dan Rembang, juga bakal menggelar tradisi itu dengan melakukan larung sesaji di Laut Jawa.

Tradisi syawalan dan merti desa di Desa Boja berlangsung meriah. Warga menggelar kirab keliling kota Boja dengan mengarak gunungan dan legenda sejarah Boja, Ni Pandansari. Ni Pandansari diyakini sebagai adik kandung Ki Ageng Pandanaran, Adipati Semarang.

Dalam iring-iringan tersebut, di belakang Ni Pandansari atau Nyai Dhapu yang menunggang kuda, berbaris Ki Ageng Boja, lalu dua abdi dalem Ni Pandansari, yaitu Ki Wonobodro dan Ki Wonosari. Sejumlah remaja Desa Boja turut meramaikan kegiatan itu. Mereka mengenakan kostum batik yang telah didesain khusus dengan gambar naga, kupu-kupu, bunga, dan merak.

Kepala Desa Boja Nurhadi mengatakan, syawalan dan merti desa merupakan agenda tahunan Desa Boja. Kegiatan itu digelar tujuh hari setelah Lebaran. Tujuannya adalah mempererat silaturahim masyarakat, mengucap syukur atas hasil bumi, serta melestarikan sejarah dan tradisi.

”Selain itu, kami menginginkan generasi muda Desa Bloja mengetahui sejarah desa yang terkait erat dengan Ni Pandansari yang hidup pada masa awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam,” katanya.

Menurut Nurhadi, Ni Pandansari sangat memedulikan pertanian. Ketika cikal bakal warga Desa Boja kekurangan air untuk menggarap lahan, Ni Pandansari membuat saluran air dari Sendang Sebrayut menuju tanah calon Desa Boja dengan menyeret stagen (kain panjang selebar sekitar 15 sentimeter yang dibelitkan berulang di pinggang). Dari bekas guratan stagen itu, air mengalir sejauh lebih kurang 1 kilometer.

Saat ini, warga menyebut aliran irigasi itu sebagai saluran sedapu. Sampai sekarang dan dengan berbagai pembenahan, saluran itu dimanfaatkan masyarakat Desa boja untuk keperluan sehari-hari dan pertanian.

Syawalan juga bakal digelar di sejumlah kawasan pesisir Jateng bagian timur. Di Demak, syawalan berpusat di Pantai Morodemak, di Jepara di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujung Batu, dan di Rambang di Dermaga TPI Tasikagung. Syawalan itu akan dibarengi dengan larung sesaji di Laut Jawa dan tradisi lomban atau mandi-mandi dan berperahu di sekitar pantai.

Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Rembang Edi Winarno mengatakan, lomban merupakan tradisi yang diperkenalkan salah satu Wali Songo, Sunan Bonang. Waktu itu, Sunan Bonang meminta jemaahnya membersihkan diri ke pantai seusai bersilaturahim.

”Tujuannya, agar masyarakat tidak melupakan makna Idul Fitri, yaitu kembalinya manusia kepada fitrah,” kata Edi. (HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com