Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Gantung Diri Dijadikan Solusi

Kompas.com - 14/08/2011, 01:43 WIB

Kemiskinan membuat hidup terasa amat pahit dirasakan oleh Lilis Nurhayani (17). Kepedihan akibat keguguran anak pertama setahun lalu masih membekas di hati Lilis. Namun, badai derita kembali menerpa Lilis. Orangtuanya tewas gantung diri dalam pondok tempat tinggalnya di Jalan Famili, Kampung Mede RT 09 RW 03, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Sabtu (13/8).

Lilis baru selesai mandi, sekitar pukul 10.30, saat melihat pintu kamar pondok tempat tinggal orangtuanya terbuka didorong oleh adik bungsunya, Aris Nugraha (8). Lilis melongok ke dalam dan amat terkejut karena melihat orangtuanya telanjang, gantung diri, dan tiada tanda-tanda kehidupan.

Kaepi (41), ayah Lilis, ditemukan tergantung pada plafon kamar dengan tali guling putih dan hijau. Dua meter dari jenazah Kaepi, Yati Suryati (31), istri Kaepi, juga tewas tertelungkup dengan lilitan tali kasur warna hitam. Lilis seakan anjlok, tetapi berusaha kuat serta memberi tahu paman dan bibinya, Kisan-Darsih.

Miskin

Kaepi dan Yati tinggal di pondok berukuran panjang 4 meter dan lebar 2 meter. Ruangan selebar itu dibagi menjadi dua. Satu ruangan untuk tinggal pasangan ini dan anak bungsunya, Aris Nugraha. Ruangan lain untuk meletakkan sisa bahan bangunan yang dikumpulkan oleh Kaepi. Karena pondok terlalu kecil, si sulung, Lilis, dan anak kedua yang bernama Aceng (10) tinggal bersama Kisan-Darsih.

Pondok tersebut hanya mempunyai satu lubang udara untuk membebaskan cahaya dan udara masuk serta jendela yang ditutup papan. Pondok berdinding batu bata kasar, beratap seng, beralas keramik bekas, dan minim penerangan itu sudah lima tahun menempel dengan teras rumah Kisan-Darsih. Pondok itu berdiri di lahan milik Kisan-Darsih.

Kaepi sehari-harinya berusaha menghidupi keluarganya dengan menjual sisa bahan bangunan untuk pengurukan dan upah dari bekerja sebagai buruh proyek. Untuk memperkuat fondasi ekonomi keluarga, Yati bekerja sebagai buruh pencuci pakaian warga sekitar.

Namun, Kaepi lebih jarang mendapat penghasilan daripada Yati. Biarpun banyak proyek pembangunan perumahan, perkantoran, perbelanjaan, dan prasarana di Kota Bekasi, amat sedikit yang menggunakan tenaga Kaepi.

Penghasilan keluarga menjadi tidak tetap. Tidak heran jika mereka lebih sering gagal memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Diduga juga, Kaepi-Yati berutang kepada keluarga atau pihak lain.

Hidup keluarga ini yang tidak kunjung berubah mengakibatkan Lilis terpaksa putus sekolah di kelas IX SMP, bahkan kemudian ia dinikahkan. Adik Lilis, Aceng, juga putus sekolah di kelas dua SD. Namun, si bungsu, Aris Nugraha, saat ini masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar Negeri 06 Bekasi Jaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com