Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mabes Polri Usut Penganiayaan 7 Satpam

Kompas.com - 12/08/2011, 10:07 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mabes Polri tengah mengusut dugaan penganiayaan terhadap tujuh petugas keamanan perumahan tempat AKBP Mindo Tampubolon tinggal di daerah Batam yang dilakukan anggota Kepolisian Daerah Kepulauan Riau.

Kepala Pusat Pengamanan Internal Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Brigjen (Pol) Budi Waseso mengatakan, Bareskrim Polri tengah memeriksa tujuh satpam itu sebagai saksi korban. Pihaknya akan menindaklanjuti setelah ada hasil pemeriksaan Bareskrim.

"Setelah ada hasil pemeriksaan dari Bareskrim tentang adanya bukti penganiayaan oleh anggota," kata Budi kepada Kompas.com, Jumat (12/8/2011).

Tujuh satpam itu telah ditetapkan sebagai tersangka terkait pembunuhan istri Mindo, Putri Mega Umboh (25). Penetapan tersangka itu berdasarkan keterangan sepasang kekasih yakni Ujang dan Ros. Mereka ditangkap lebih dulu. Ros adalah pembantu di rumah Mindo.

Tujuh satpam itu yakni Bahcrudin, Dodo, Shahrul, Andreas, Jaojim, Supriyanto, dan Nurdin Harahap sempat ditahan sejak ditangkap tanggal 27 Juni 2011. Akhirnya, penahanan mereka ditangguhkan pekan lalu lantaran penyidik tak memiliki cukup bukti.

Penganiayaan diduga terjadi selama penahanan. Mereka dipaksa agar memberikan keterangan bahwa pembunuhan Putri atas perintah Mindo. Atas keterangan para saksi itu Mindo ditetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan auktor intelektualis.

Kepala Sub Direktorat II Direktorat Reserse Kriminal Polda Kepri itu membantah dirinya terlibat. Dia menuding kasusnya direkayasa oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Kepri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com