Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponpes Umar bin Khattab Memang Ekslusif

Kompas.com - 13/07/2011, 13:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pondok Pesantren Khilafiah Umar bin Khattab di Desa Sila, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, memang diketahui menutup diri terhadap akses dari luar sejak pesantren itu berdiri pada 2004. Kementerian Agama tidak bisa melakukan pembinaan terhadap pesantren tersebut.

"Memang pesantren ini (Khilafiah Umar bin Khattab) eksklusif. Saat berdiri kira-kira tahun 2004 lalu Kementerian Agama masuk ke sana, tetapi hanya bisa melakukan pembinaan satu kali. Berikutnya Kementerian Agama tidak bisa masuk. Mereka (ponpes) enggak mau dicampuri. Ini ganjil. Dengan tidak mau dimasuki oleh Kementerian Agama itu sudah sebuah keganjilan," ujar Menteri Agama Suryadharma Ali di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/7/2011).

Bahkan, lanjut Surya, ponpes ini juga menolak bantuan dari pemerintah. Namun, mereka tak menyebutkan alasan penolakan tersebut. "Kami pernah memberikan bantuan, mereka tolak. Jadi, mereka tidak mau ada bantuan dari pemerintah. Tidak mau ada intervensi pemerintah dan tidak mau menggunakan kurikulum pemerintah," tuturnya.

Namun, politisi PPP ini tak dapat memastikan sejauh mana ponpes ini mengajarkan radikalisme. "Kami belum tahu ajarannya seperti apa, Islamnya seperti apa. Namun, saya bisa menduga kalau ini garis keras radikal. Nah, untuk bagian-bagian itu (terorisme) biar pihak kepolisian yang menyelidiki. Kami akan serahkan untuk mengatasi keadaan di sana, sekaligus menyelidiki pelaku dan status ponpes itu. Kalau memang itu betul-betul garis keras, ya harus ditutup," tuturnya.

Seperti diberitakan, sebuah bom meledak di dalam pesantren itu dan menewaskan seorang  pengurus pesantren bernama Firdaus, Senin (11/7/2011) sekitar pukul 15.30 Wita. Polisi hingga kini tidak bisa masuk ke dalam pesantren karena dihalangi-halangi para santri yang membawa senjata tajam. Polisi menduga bom rakitan yang meledak disiapkan untuk menyerang polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com