Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Tahun Menjadi TKI Tanpa Identitas

Kompas.com - 14/05/2011, 23:33 WIB

KOMPAS.com — Sekitar 10 tahun lalu, Mufriatun (28), warga Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mencoba peruntungan di negeri orang. Bertekad ingin mendapatkan pekerjaan dan penghasilan memadai, ia pun berangkat ke Arab Saudi dan menjadi TKI di negara tersebut.

Gadis lulusan SMP tersebut bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Lima tahun pertama, ia jalani pekerjaan sesuai kontrak karena kebetulan ia mendapatkan majikan yang baik. Namun, lima tahun terakhir, ia terpaksa berpindah-pindah dari satu majikan ke majikan lain, tanpa memiliki identitas. Hingga akhirnya pada 4 April lalu, ia kembali ke Indonesia setelah mendapatkan fasilitas pemulangan gratis dari pemerintah.

Mufriatun saat ditemui di rumahnya, Sabtu (7/5/2011), menuturkan, ia nekat berangkat ke luar negeri pada usia 17 tahun karena ingin mendapatkan pekerjaan. Terlebih selama ini banyak warga Jatirokeh yang bekerja sebagai TKI. "Di sini (Brebes) susah mendapatkan pekerjaan," katanya.

Awalnya, ia bekerja di Jeddah selama sekitar tiga tahun. Setelah kembali ke Indonesia selama sekitar satu bulan, ia berangkat lagi ke Arab Saudi dan bekerja sebagai pekerja rumah tangga di wilayah Abha selama 2,5 tahun.

Selama bekerja di Jeddah maupun Abha, ia tidak menemukan masalah berarti. Pekerjaan dilakoninya dengan lancar sehingga ia bisa membantu perekonomian orangtuanya, Uzer (65) dan Tamah (60), yang sehari-hari bekerja sebagai petani.

Namun, masalah muncul saat ia bekerja untuk ketiga kalinya di Arab Saudi, tepatnya di Riyadh. Bekerja di Riyadh ia lakoni usai bekerja dari Abha, setelah sebelumnya sempat pulang ke Brebes selama satu bulan.

Saat itu, Mufriatun mengaku mendapatkan majikan yang galak sehingga ia memilih kabur setelah dua pekan bekerja di sana. "Saya tidak betah karena majikan galak. Kerja 24 jam dan tidak ada waktu untuk istirahat," ujarnya.

Ia kabur dari majikannya tanpa membawa identitas apa pun karena paspor dan dokumen kerja miliknya ditahan oleh majikan. Untunglah saat itu ia ditolong orang dan dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga.

Meskipun tanpa identitas, Mufriatun mengaku diperlakukan baik oleh majikannya. Namun, selama empat tahun bekerja pada majikannya tersebut, ia tidak mendapat kenaikan gaji. Gaji yang diterimanya hanya sekitar 600 riyal (sekitar Rp 1,2 juta) per bulan sehingga kemudian ia memilih kabur lagi.

Dalam pelarian, ia kembali ditolong orang dan dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga dengan gaji 1.200 riyal per bulan. Delapan bulan bekerja pada majikan tersebut, ia mendapat kabar dari teman sesama TKI di Jeddah bahwa pemerintah memberikan fasilitas pulang gratis. Mufriatun pun kemudian memutuskan kembali ke Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com