Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PRT yang Tak Seindah Novelnya

Kompas.com - 15/01/2011, 03:49 WIB

INDRA TRANGGONO

Iyem, Turah, Karti, Bejo, Darman, Lasimin, atau siapa saja nama yang umumnya dimiliki pekerja rumah tangga itu selalu dikenang dengan penuh rasa kehilangan justru ketika mereka tidak ada. Misalnya ketika mereka mudik Lebaran.

Para Tuan dan Puan—keluarga menengah dan atas yang mempekerjakan mereka—pun akan pontang-panting mengatasi persoalan domestik: dari mencuci, menyapu, belanja, memasak, hingga soal tetek bengek lainnya. Ketika disergap pelbagai pekerjaan rumah tangga itu, para Tuan dan Puan bisa merasakan betapa beratnya beban yang menindih pekerja rumah tangga (PRT) selama ini. Apa yang dialami PRT ternyata sesungguhnya adalah transfer penderitaan dari seorang juragan.

Para Tuan dan Puan pun dapat merasakan betapa tingginya komitmen, integritas, dan kapabilitas para PRT itu. Betapa mulianya mereka. Mereka selalu menjawab ”sendiko dhawuh”, ”inggih” atau ”iya” ketika sejumlah pekerjaan disodorkan. Namun, itu pun belum cukup. Tak jarang para Tuan dan Puan memberikan ”bonus” umpatan dan pukulan terkait pelayanan yang kurang memuaskan.

Dalam rajaman berbagai bentuk kekerasan itu, para PRT tetap bertahan dengan ketangguhan fisik dan jiwa yang luar biasa. Penderitaan justru menciptakan kesabaran. Kesabaran pun mengkristal menjadi kesunyian yang perkasa dan panjang.

Relasi humanistik

Nasib PRT tidak seberuntung para pembantu dalam karya fiksi para sastrawan dan sineas. Sebut saja tokoh Pariyem (Pengakuan Pariyem prosa lirik Linus Suryadi AG), Inem (film Inem Pelayan Seksi karya sutradara Nya Abbas Acub), dan Mister Rigen (kumpulan kolom Mangan Ora Mangan Kumpul, Umar Kayam).

Pariyem diangkat menjadi bagian penting dari keluarga kelas menengah (priayi) Jawa. Ia pun diakui sebagai ”menantu gelap” oleh sang majikan setelah ia mengandung bayi dari hubungan gelap dengan Ario Admojo, anak sang majikan. Tokoh Inem bernasib serupa: kawin dengan laki-laki kaya, seorang pengusaha yang terpesona pada kecantikan dan keseksian tubuh Inem.

Sementara Mister Rigen beruntung memiliki majikan bernama Pak Ageng, seorang dosen senior bergelar profesor dan doktor. Pak Ageng adalah sosok priayi agung yang ideal: baik hati dan loma (pemurah), tidak hanya dalam soal materi, tetapi juga ilmu. Selain itu, Pak Ageng juga selalu ngajeni uwong (menghargai manusia). Ia selalu membangun relasi dengan wulu cumbu (orang yang dicintai)-nya penuh cinta kasih. Bagi sosok ini, tak ada konsep liyan (the other) dalam memandang Mister Rigen, melainkan kekerabatan atau kekeluargaan.

Babu dan ”batur”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com