Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Naik Lagi

Kompas.com - 16/11/2010, 05:06 WIB

LONDON, Senin - Harga minyak naik lagi di atas 85 dollar AS per barrel pada perdagangan di London, Senin (15/11). Pemerintah Indonesia diduga akan kembali direpotkan akibat kenaikan harga minyak ini berupa beban subsidi bagi rakyat.

Pada Jumat lalu harga minyak mentah turun 3 persen dari harga tertinggi dalam 25 bulan terakhir, yakni 88 dollar AS per barrel. Pasar sempat panik akibat berita soal utang Irlandia dan kemungkinan naiknya tingkat suku bunga di China. Hal ini dianggap sebagai pertanda kekacauan ekonomi global.

”Ada kekhawatiran mengenai utang-utang di sejumlah negara di Uni Eropa dan potensi kenaikan suku bunga di China. Namun, semua kekhawatiran itu hanya sementara. Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan, permintaan pada 2010 akan sebesar 2 juta barrel per hari dan permintaan akan tetap solid sampai tahun 2011,” ujar analis komoditas Amrita Sen dari Barclays Capital.

Hal ini membuat harga minyak relatif bertahan tinggi. Para analis mengatakan, mereka memperkirakan harga minyak saat ini akan stabil pada harga 85 dollar AS per barrel, naik dari kisaran harga 70-80 dollar AS per barrel. Hampir sepanjang tahun lalu harga minyak diperdagangkan pada kisaran harga itu.

”Saya tidak yakin harga minyak akan turun. Saya rasa harga ini cukup mantap dan tidak akan banyak berubah,” ujar Helen Henton, Kepala Riset Energi dan Lingkungan pada Standard Chartered.

Tidak berani

Kenaikan harga minyak seperti biasa, akan kembali menjadi beban baru bagi anggaran pemerintah. Masalahnya, kata Kurtubi, seorang pengamat perminyakan, pemerintah pada umumnya berusaha menghindari kenaikan harga pasar bahan bakar minyak (BBM).

Dia menambahkan, kenaikan harga merupakan isu yang paling sensitif dan selalu menjadi pilihan terakhir. ”Bisa dikatakan, hampir tidak ada presiden yang berani bertindak menghapus subsidi BBM,” kata Kurtubi.

Padahal, kata Kurtubi, subsidi itu bisa dihapuskan untuk kalangan rakyat yang mampu. Beban kenaikan harga BBM juga bisa diatasi jika ada diversifikasi energi. ”Saya kira jika kita ingin menghindari beban yang selalu terulang kembali mana kala harga minyak naik, amat diperlukan langkah signifikan berupa pengurangan subsidi bagi warga mampu dan juga mencanangkan diversifikasi energi,” ungkap Kurtubi.

Kurtubi juga mempertanyakan kembali pengaturan negara soal eksplorasi kekayaan minyak dan gas. Dia mengatakan, salah satu masalah utama yang tak pernah disentuh secara tuntas adalah penguasaan kekayaan migas yang tidak lagi berada di bawah wewenang penuh oleh negara.

Dia mengatakan, kekayaan migas relatif berada di bawah kendali perusahaan swasta yang melakukan eksplorasi migas.

Kurtubi mengingatkan pemerintah agar negara kembali ke khitah, yakni pengembalian kekuasaan migas untuk berada sepenuhnya di tangan negara sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar 1945. ”Jika tidak, kita akan selalu dibuat repot,” kata Kurtubi.(REUTERS/MON/JOE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com