Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tembakau dan Bawang Merah Rusak

Kompas.com - 14/09/2010, 11:32 WIB

Bantul, Kompas - Guyuran hujan deras dan berdurasi cukup lama selama sepekan terakhir merusak tanaman tembakau dan bawang merah di Bantul. Kedua tanaman itu membusuk karena akarnya terendam air. Petani terancam gagal panen. Kalaupun bisa panen, hasilnya tidak maksimal.

Sugiman, Ketua Kelompok Tani Ngudi Lestari Dusun Siluk II, Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, Senin (13/9), mengatakan, tingginya curah hujan membuat tembakau busuk. "Tembakau tidak tahan air. Begitu akarnya terendam, batangnya lambat laun akan mati. Kalau sudah begitu, petani tidak mungkin memanennya," katanya.

Menurutnya, hujan juga membuat kualitas tembakau yang sudah siap panen turun. Ketajaman rasa tembakau akan berkurang. Kualitas tembakau juga turun karena penjemuran yang tidak akan maksimal. "Minimnya panas membuat tembakau rajangan sulit kering sehingga tidak bisa disimpan lama," katanya.

Di Desa Selopamioro ada sekitar 4.200 petani yang menanam tembakau di lahan sekitar 350 hektar. Tembakau Selopamioro adalah jenis Siluk atau tembakau kualitas bagus untuk rokok kretek. Tembakau itu biasanya dibeli petani dari Temanggung untuk dicampur dengan tembakau mereka supaya kualitasnya bagus sebelum masuk ke pabrik rokok. 

Umbi membusuk

Tak hanya tembakau, hujan deras juga merusak bawang merah. Parjiyo, petani bawang merah di Srigading, Sanden, mengatakan, tanah yang basah akibat hujan membuat umbi bawang merah membusuk. Jika ingin bawang merahnya selamat, petani harus memanen dini. "Daripada busuk mending dipanen awal meski hasilnya tidak maksimal," katanya.

Sebelumnya, sekitar 65 hektar lahan bawang merah di Bantul juga gagal panen akibat guyuran hujan. "Untuk kejadian sepekan terakhir, kami belum melakukan pendataan. Petani yang mengalami kerugian bisa melaporkan ke desa setempat untuk menjadi bahan masukan bagi kami," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Edy Suharyanto.

Menurut Edy, hujan salah musim tahun ini frekuensinya sangat tinggi. Hal itu membuat petani kesulitan menentukan komoditas yang tepat untuk ditanam. Pemerintah juga belum mampu menyediakan informasi memadai terkait cuaca untuk satu kali masa tanam.

"Paling aman jika guyuran hujan berlangsung terus-menerus adalah menanam padi. Khusus untuk Selopamioro, jika guyuran hujan hanya sebentar, padi sulit bertahan karena merupakan lahan tandus," ujarnya. (ENY)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com