Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumatera Makin Menarik bagi Turis Eropa

Kompas.com - 01/06/2009, 21:39 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Tujuan wisata di Pulau Sumatera dalam tiga tahun terakhir makin menarik minat wisatawan asal Eropa. Meski mereka masih cenderung berkunjung ke destinasi tradisional di Pulau Sumatera seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat, ada kecenderungan, ta hun-tahun mendatang wilayah lain di Sumatera juga bakal menarik minat wisatawan Eropa.

Tingginya minat wisatawan Eropa berkunjung ke Pulau Sumatera dalam tiga tahun terakhir terlihat dari jumlah buyers yang memastikan hadir dalam Sumatera International Travel Fair (SITF) 2009 di Padang, Sumatera Barat 5-8 Juni. SITF tahun ini merupakan penyelenggaraan yang keempat sejak pertama kali digelar tahun 2006. Padang menjadi penyelenggara SITF dalam dua tahun terakhir ini.

Menurut Media Relation Coordinator Sumatera Promo Cahyo Pramono, sejak pertama kali diselenggarakan hingga sekarang, buyer Eropa yang mengikuti SITF selalu meningkat. "Jika pada SITF tahun lalu sebanyak 12 buyer Eropa ikut berpartisipasi, tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 14 buyer. Kebetulan buyer yang datang ke SITF bukan buyer untuk pembeli retail. Mereka memiliki banyak sub travel agen. Sub-sub travel agen ini yang langsung menjaring pembeli retail, kata Cahyo di Medan," Senin (1/6).

Selain buyer Eropa, SITF 2009 dipastikan bakal diikuti oleh beberapa perusahaan penerbangan seperti Garuda Indonesia, Firefly (Malaysia) dan Asosiasi Kapal Pesiar Selancar. Beberapa hotel ternama di Sumatera juga ikut serta seperti JW Marriot, Swiss Bell dan Aryaduta. Badan pariwisata asing yang ikut antara lain Tourism Malaysia.

Sumatera Promo menjadi semacam organisasi nirlaba yang menyelenggarakan SITF. Sebagai organisasi, Sumatera Promo beranggotakan praktisi dan profesional pariwisata di Sumatera. Menurut Chairman Sumatera Promo, Hendrik Hutabarat, SITF sengaja menjual Sumatera sebagai kesatuan destinasi wisata. Hendrik mengatakan, tak mungkin bagi pelaku pariwisata di Pulau Sumatera menjual potensi wisatanya sendiri-sendiri.

"Tak bisa kami hanya menjual Danau Toba atau menjual Bukittinggi sendiri-sendiri. Sebab selama ini pun, destinasi di Sumatera Utara seperti Medan atau Danau Toba, selalu menjadi rangkaian tur dengan destinasi di Sumatera Barat seperti Bukittinggi atau Padang," katanya.

Atas dasar pemikiran itulah, menurut Hendrik, muncul ide menjual Pulau Sumatera sebagai satu kesatuan destinasi wisata. Di sinilah muncul konsep mempromosikan destinasi bersama satu pulau. "Menjual Sumatera jauh lebih mudah dibanding menjual destinasi wisata daerah per daerah," katanya.

Ide awal SITF sebenarnya lahir dari keinginan pelaku pariwisata di Sumut. SITF sebelumnya bernama Northern Sumatera International Tourism Show yang diselenggarakan di Medan, Berastagi dan Parapat. "Setelah muncul konsep menjual satu pulau ini, kemudian kami temukan bahwa untuk Pulau Sumatera kami bisa menjual satu konsep wisata petualatan (adventure tourism)," kata Hendrik.

Sekarang, turis Eropa memang baru mau datang ke Sumut atau Sumbar. Belakangan mereka mulai mendatangi Aceh. "Ke depan, kami sedang berpikir, bagaimana menjual destinasi wisata di daerah-daerah lain seperti Sumatera Selatan, Lampung atau Riau agar menarik juga bagi wisatawan Eropa," lanjut Hendrik.

Menurut Cahyo, Sumatera Promo memang tengah menggodok ide menjual destinasi wisata di luar Sumut dan Sumbar agar menarik bagi wisatawan asing. Seperti Riau kan sedang mencari bentuk. "Mereka mungkin belum punya destinasi yang sifatnya nature, tetapi kalau destinasi wisata kultural, Riau cukup kaya juga. Sumsel dan Lampung punya potensi wisata nature cukup banyak, tetapi masih belum dikenal oleh wisatawan Eropa. Mungkin kami coba jual ke negara tetangga seperti Singapura yang lumayan dekat jaraknya," kata Cahyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com