Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memprihatinkan, Nasib Penggunaan Bahasa Jawa

Kompas.com - 17/05/2009, 06:03 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, kini penggunaannya makin berkurang.  "Karena itu, perlu upaya melestarikan bahasa Jawa," kata staf pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Univesitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dra Sri Harti Widyastuti, MSi di Yogyakarta, Sabtu (16/5).
     
Pada seminar bahasa Jawa bertema "Budaya dan bahasa Jawa dalam rangka pembentukan budi pekerti luhur" itu, ia mengatakan saatnya kini para ahli, guru serta pemerhati bahasa dan budaya Jawa untuk memikirkan masalah tersebut, sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan bahasa serta budaya Jawa.
Menurut dia, menyelamatkan budaya dan bahasa Jawa mestinya menjadi kewajiban orang Jawa. "Sebab, budaya Jawa merupakan pagar perilaku orang Jawa, dan ini harus diperkuat dan diperkokoh lagi," katanya.  
     
Upaya memperkuat dan memperkokoh kembali budaya Jawa dapat dilakukan dengan cara membiasakan kembali menggunakan budaya dan bahasa Jawa.
"Ini bisa dilakukan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa," katanya.
    
Selain itu, kata Widyastuti, kekayaan budaya dalam karya sastra dan kearifan lokal seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan budi pekerti yang luhur.
 Menurut dia, hidup atau matinya budaya dan bahasa Jawa di masa  mendatang tergantung masyarakat pemilik budaya dan bahasa ini, terutama generasi muda dan keluarga Jawa.
     
Apalagi, sekarang ini banyak generasi muda dan keluarga Jawa yang tidak bisa dan bahkan tidak memahami bahasa Jawa. "Sekarang ini bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan sehari-hari sudah ditinggalkan. Berdasarkan penelitian menunjukkan banyak keluarga yang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dalam kehidupan rumah tangganya," katanya.
     
Sementara itu, peneliti dan guru bahasa Jawa di Yogyakarta Warih Jati Rahayu mengatakan bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama. "Padahal, tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti  pemakainya," katanya.
     
Menurut dia, penguasaan bahasa tergantung pembiasaan dalam komunikasi, bukan mudah atau sulitnya bahasa, karena tidak ada bahasa yang sulit. "Sebab, semua itu tergantung kebiasaan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi," katanya.
     
Jadi, kata Widyastuti, bahasa Jawa di lingkungan keluarga jangan diajarkan sebagai ilmu, tetapi seharusnya digunakan sehari-hari dalam berbagai kegiatan, agar anak terbiasa mendengar, dan selanjutnya bahasa bisa diadopsi, hingga akhirnya dapat menggunakannya. "Penguasaan bahasa Jawa di usia anak-anak bukan tergantung pada pembelajaran, tetapi tergantung pada pemerolehan dengan pembiasaan  dalam komunikasi orangtua dengan anak, dan atau sesama anak," katanya.
     
Untuk itu, kata dia, diharapkan orangtua dapat memberikan bekal moral yang luhur, dan ini dapat tercapai melalui komunikasi dengan anak-anak dalam lingkungan keluarga yang kesehariannya menggunakan bahasa Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com