Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Bojonegoro Butuh Air Bersih dan Sarana Evakuasi Memadai

Kompas.com - 04/02/2009, 20:31 WIB

BOJONEGORO, RABU - Korban banjir luapan Bengawan Solo membutuhkan air bersih dan dan sarana evakuasi yang memadai. Kebutuhan air bersih vital untuk mereka mandi, cuci kakus atau kebutuhan memasak. Setiap banjir warga biasanya kesulitan air bersih.

Sementara itu sarana evakuasi korban banjir sangat terbatas. Di Bojonegoro misalnya warga hanya menggunakan rakit dari batang pisang atau perahu kecil. Sementara mereka rela berbagi tempat dengan ternak mereka ketika mengungsi di tenda-tenda di atas tangg ul atau tepi rel dan Jalan Raya Bojonegoro-Cepu.

Sementara itu para pengungsi di jalur Bojonegoro-Cepu seperti di Ngablak, Ngulanan Kecamatan Dander banyak menengadahkan topi atau timba kecil meminta derma dari pengguna jalan yang lewat. "Hasil kerja selama ini telah habis untuk menghidupi keluarganya se jak banjir datang. Sejak banjir warga tidak punya penghasilan," kata Jupri.

Warga seperti menjadi pengemis dadakan. Hal yang sama telah terjadi sejak banjir dahsyat akhir 2007 awal 2008 lalu. Bahkan saat itu kondisi seperti itu ada di beberapa titik mulai Dander, Kalitidu hingga Padangan. Mereka beralasana melakukan itu untuk men gganjal perut. Rata-rata pengungsi tidur satu tenda bersama sapi mereka dan biasanya kalau malam membuat diang (perapian dari jerami), kata Herman seorang warga di Leran Kecamatan Kalitidu.

Selain di jalan raya ada pula pengungsi yang menempati Gedung Serbaguna, pos kecamatan atau balai desa. Namun pada saat ruangan dalam digunakan untuk futsal Selasa lalu pengungsi memilih menggelar tikar di teras gedung serbaguna seperti terlihat Selasa la lu.

Sementara itu susahnya air bersih membuat warga juga menggunakan genangan air banjir untuk minum dan memasak dengan cara diendapkan dan disaring lebih dulu. Sementara diantara pengungsi korban banjir ada yang mulai terserang penyakit gatal-gatal dan juga diare.

Dengan sarana darurat dan terbatas dan jauh serta kebersihan kurang terjaga. Pantauan kami di Guyangan dan Kandangan warga menggunakan air minum dari air banjir. Kalau sumurnya masih bagus ya pakai sumur. Ada yang unik lagi, di beberapa tempat yang teris olasi warga sebagian bertahan di rumah dan tidak mau dievakuasi, kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Bojonegoro Johny Nurhariyanto.

Air bersih dinilai sangat sangat vital bagi para korban banjir. Selain untuk memasak, minum, air bersih juga dipakai untuk keperluan lain seperti mandi cucin kakus. Pejabat Gubernur Jawa Timur, Setia Purwaka menyarankan Bupati Bojonegoro Suyoto menyediaka n water purification (sistem pengolahan air bersih secara langsung).

Dengan alat air keruh bisa langsung diproses untuk memasak dan air minum. Setia Purwaka mengusulkan agar tiap kabupaten maupun kota yang selama ini menjadi langganan banjir mempunyai ba dan penanggulangan bencana, tidak lagi satuan penanggulangan bencana. Dengan Badan bisa menyerap dana operasional untuk menanggulangi bencana, bukan lagi anggaran dititipkan ke dinas maupun satuanm kerja masing-masing.

Di Lamongan dilaporkan 69 keluarga Desa Tanggulrejo Kecamatan Babat, mendirikan tenda darurat di Jalan Raya Babat Lamongan sejak Rabu (4/2) pukul 13.30. Sedikitnya 33 keluarga Di Dusun Gerdu, Desa Banaran Kecamatan Babat, dan 200 keluarga lainnya rumahnya terendam air dengan ketinggian 30 sentimeter hinga 70 cm. Pemkab Lamongan telah menyiapkan peralatan tenda darurat dan dapur umum. Sedangkan di banjir luapan Bengawan Solo di Kecamatan Bungah dan Dukun Kabupaten Gresik belum sampai menyebabkan warga mengungsi.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com