Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Demokrat Tersinggung kalau Dianggap "Mualaf" dalam Menjaga Pancasila

Kompas.com - 14/06/2017, 09:47 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila tidak terletak di kaos, spanduk maupun ikat kepala.

Hal itu disampaikan SBY di depan para kader Demokrat Jateng dan DIY dalam safari Ramadhan di Semarang, Selasa (13/6/2017) petang.

"Pancasila dan kebhinekaan ada dalam hati dan pikiran. Bukan terletak di kaos, spanduk, ikat kepala. Tapi dijalankan," kata Presidem RI keenam itu.

Menurut purnawirawan TNI ini, implementasi Pancasila dalam kehidupan jauh lebih penting ketimbang teori Pancasila itu sendiri.

"Topik saya, ini berkaitan dengan agenda dan Pemerintah sekarang ini. Negara gencar lakukan sosialisasi Pancasila. Saya akan masuk dalam konteks itu dengan titik berat pada apa yang mesti dijalankan. Bukan teori Pancasila, tapi implementasi Pancasila untuk kehidupan sehari-hari," ujar SBY.

Baca juga: UKP Pancasila Diharap Tak Hasilkan Program seperti P4

"Saya memahami, negara dan Pemerintah ingin benar sebagai dasar negara. Kemajemukan, kebhinekaan sebagai pilar bangsa. Karena tujuan baik kita perlu mendukung," tambahnya.

SBY menekankan, pihaknya bukan anak baru yang memperjuangkan Pancasila dan sikap kebhinekaaan. Latar belakang di militer dan pemerintahan telah membuktikan kiprahnya menjunjung dasar negara itu.

"Bagi saya, Pancasila dan kebhinekaan bukan kemarin siang. 30 tahun saya di TNI, 15 tahun Pemerintah baik menteri dan Presiden. Selama ini Pancasila dan kebhinekaan tidak saja saya anut, tapi saya konsisten saya jalankan sehari-hari," ucapnya.

Partainya, Demokrat juga bukan partai asing yang memperjuangkan Pancasila. Sejak dirikan pada 9 September 2001, dasar partai atau manifesto (konstitusi) mencantumkan Pancasila sebagai dasar dan asas Demokrat.

Kebhinekaan menjadi sendi pilar partai. Manifesto Demokrat, kata dia, sejak lahir demokrasi, nasionalis religius, partai mencintai bangsa dan negara.

"Partai Demokrat tersinggung kalau dianggap pendatang baru menjaga Pancasila dan kebhinekaan, dianggap mualaf. Jangan mengatakan Demokrat tidak kenal Pancasila dan kebhinekaan," tegasnya.

Baca juga: Naik Kereta, SBY, AHY, dan Ibas Safari Ramadhan ke Semarang

Kompas TV Ada yang menarik ketika pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com