Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Waisak, Api Darma Disemayamkan di Candi Mendut oleh Umat Buddha

Kompas.com - 09/05/2017, 23:55 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Api abadi atau api darma umat Buddha disemayamkan di Candi Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang, mulai Selasa (9/5/2017) sore hingga Rabu (10/5/2017) siang.

Penyemayaman ini menjadi prosesi awal menyambut detik-detik peringatan Tri Suci Waisak 2561BE/2017 yang dipusatkan di Candi Borobudur, Kamis (11/5/2017).

Baca juga: Sambut Waisak, Umat Buddha Khidmat Semayamkan Air Suci di Candi Mendut

Api dharma tiba di komplek Candi Mendut, Selasa sore, disambut oleh ratusan umat Buddha, biksu, hingga masyarakat umum.

Api yang disakralkan ini diambil dari sumber api abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa pagi.

Prosesi penyemayaman diawali dengan puja bakti atau doa bersama. Dilanjutkan dengan pradaksina (menggelilingi candi) oleh puluhan biksu dan umat sebanyak tiga kali, sembari membaca paritta.

Api darma diletakkan di lilin panca-warna di altar Candi Mendut dan di sekeliling candi. Api ini diyakini tidak akan mati meski diletakkan di tempat terbuka. Ia bersanding dengan air berkah yang sebelumnya telah disemayamkan di altar yang sama.

Dua sumber kehidupan ini akan dikirab oleh umat Buddha dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Agung Borobudur, yang jaraknya sekitar 3 kilometer, Rabu (10/5/2017) sore.

Bante Wong Sin Labiko Mahatera menuturkan, keberadaan air dan api sangat penting dalam kehidupan. Keberadaan air berkah dan api darma yang disemayamkan di Candi Mendut sebagai bentuk kesempurnaan puja bakti.

"Api membawa kehidupan, tanpa api kita tidak bisa hidup. Api memberi penerangan dan kehangatan. Tapi api juga membawa bahaya, musibah, membakar hati manusia berupa nafsu keinginan. Maka umat manusia harus bisa merawat api dalam diri agar tetap terjaga dan membawa kebaikan," tutur Wong Sin, di sela-sela prosesi.

Prosesi ini, kata Wong Sin, diikuti oleh 14 majelis/sangha dalam Walubi. Selain itu, pemuka agama Buddha dari dari berbagai daerah dan mancanegara juga turut hadir, seperti dari Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Laos dan lainnya.

"Kami sangat bergembira atas kehadiran kawan-kawan biksu sangha di prosesi ini," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Walubi S Hartati Murdaya mengatakan, api darma yang diambil dari Mrapen merupakan sarana puja bakti untuk perayaan Waisak. Api merupakan simbol penerangan dalam kehidupan agar melangkah ke jalan yang benar, mengkikis ego, pemikiran dan kegelapan.

"Api disemayamkan di Candi Mendut, termasuk air berkah. Untuk besok barisan akbar akan melakukan prosesi dari sini (Candi Mendut) menuju Candi Borobudur," ujarnya.

Baca juga: Lampion dan Pesan Waisak untuk Pemimpin Bangsa Indonesia...

Peringatan Tri Suci Waisak 2561BE/2017 akan ditutup dengan pelepasan 1.000 lampion di taman Lumbhini Candi Borobudur, Rabu (10/5/2017) malam. Sementara detik-detik Waisak akan digelar di lokasi yang sama pada Kamis (11/5/2017) dini hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com