Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasangan di Purwakarta Ini Punya 13 Anak dan Tinggal di Rumah Sempit

Kompas.com - 07/05/2017, 20:07 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan suami-istri Aa Suparman (48) dan Siti Fatimah (42) asal Kampung Malangnengah Wetan, Kelurahan Nagri Tengah, Kabupaten Purwakarta, diketahui memiliki anak 13 orang.

Mereka selama ini tinggal di satu rumah kontrakan tak layak huni berukuran sekitar 3x4 meter yang hanya memiliki satu ruang kamar.

Baca juga: Tiba di Indonesia, Bupati Dedi Langsung Bawa TKW ke Polres Purwakarta

Kondisi serba kekurangan tak menyurutkan pasangan ini untuk berjuang membesarkan anak-anaknya. Saat ini, anak paling besar berumur 25 tahun dan paling kecil masih berumur tiga tahun.

Siti Fatimah selama berkeluarga tak mengikuti program Keluarga Berencana (KB) karena ketakutan dan sering stres jika makan pil dan suntik KB.

"Pernah beberapa kali waktu itu ke bidan, tapi saya takut dan suka stres. Itu awalnya kami memiliki anak banyak. Kalau anak ketiga belajar jualan somay yang lainnya belum kerja," ungkap dia di rumahnya, Minggu (7/5/2017).

Selama ini, ke-13 anaknya dibesarkan dengan hasil kerja serabutan suaminya sebagai tukang servis elektronik. Namun, sesekali biaya hidup tak terpenuhi manakala tak ada orang yang menggunakan jasa suaminya tersebut.

"Kalau suami suka perbaiki televisi dan radio. Tukang servis elektronik di rumah kalau ada, kalau enggak ada serabutan," ungkap dia.

Mengetahui informasi tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mendatangi langsung kediaman mereka seusai pulang dari luar kota pada Minggu sore. Setibanya di lokasi, Dedi langsung mengumpulkan ketiga belas anak bersama orangtuanya dan sedikit keheranan karena zaman sekarang masih ada yang memiliki belasan anak.

Dedi pun langsung meminta keluarga tersebut pindah ke sebuah rumah yang telah disediakan pemerintah secara gratis. 

"Tetapi ada syaratnya, jika suami dari keluarga ini mau melakukan KB atau pasang kontrasepsi. Jadi tak akan menambah anak lagi," kata Dedi.

Dedi pun sempat masuk ke kediaman pasangan ini yang hanya memiliki satu kamar. Setiap harinya sang suamu hanya mengandalkan sebagai buruh perbaikan elektronik untuk menghidupi keluarganya.

Dirinya pun menegur RT dan RW setempat karena tak memberikan laporan terkait keluarga ini.

"Saya baru tahu di Purwakarta saat ini ada yang anaknya mau 13. Namun beruntung kondisi anaknya sehat-sehat, sehingga meski keadaan ekonomi sulit tetapi mereka tak kelaparan," ujar dia.

Selain mendapatkan rumah layak, keluarga ini akan mendapatkan subsidi beras melalui program "perelek". Seluruh keluarga ini pun diundang datang ke rumah dinas sebagai tamu undangan khusus besok pagi. 

"Mereka akan menggunakan beras dengan harga Rp 10.000 per liter kualitasnya secara gratis. Purwakarta sedang membuat kebijakan tentang beras ini, sehingga tak ada lagi raskin di Purwakarta," ujarnya.

Baca juga: Bupati Purwakarta Beberkan Resep Pengelolaan Keuangannya

Bujukan Bupati Dedi sempat ditolak oleh Siti Fatimah dengan alasan takut. Malah sang istri di hadapan kepala daerah tersebut menganjurkan suaminya yang diikutkan program KB.

"Tadi istrinya menolak, katanya suaminya aja yang diikutkan KB," pungkasnya.

Kompas TV Dedi Mulyadi Direkomendasi Jadi Calon Gubernur Jabar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com