Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: "Emil Effect" Buat Pilkada Kota Bandung 2018 Tidak Sehat

Kompas.com - 17/04/2017, 19:23 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan Yusuf, mengaku khawatir munculnya fenomena "Emil Effect" dalam Pilkada Kota Bandung 2018.

"Emil Effect", sambung Asep, muncul akibat ketenaran nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Salah satunya bisa dilihat dari survei popularitas dan elektabilitas yang dilakukan beberapa lembaga.

(Baca juga: 3 Bakal Calon Terkuat Wali Kota Bandung Versi Instrat)

"Jadi seolah terperangkap figur Emil yang segalanya ada di dia. Sesuatu yang diukur dari efek dia," ujar Asep saat ditemui di Hotel Mitra, Jalan WR Supratman, Kota Bandung, Senin (17/4/2017).

Asep menjelaskan, Emil effect, timbul dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap Ridwan Kamil. Dengan kata lain, warga Kota Bandung berharap wali kota Bandung selanjutnya harus lebih dari Ridwan Kamil. 

"Dalam survei memang kalau ditanyakan paling banyak (populer) Emil, paling bagus Emil, paling punya prestasi, Emil. Tapi ini akan tidak sehat, seolah yang lain tidak sebagus Emil," ungkapnya.

(Baca juga: 80 Persen Warga Bandung Masih Ingin Ridwan Kamil Jadi Wali Kota)

Meski demikian, Asep mengatakan masyarakat tidak bisa disalahkan jika memiliki ekspektasi dan standar tinggi terhadap calon pemimpin Kota Bandung ke depan.  

"Ini jadi berbahaya, demokrasi jadi terututup aura sinarnya kehebatannya Emil. Padahal, kalau dibuka banyak juga (tokoh yang lebih baik dari Ridwan Kamil)," ucapnya. 

Kompas TV Kang Emil Lakukan Kampanye di Sukabumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com