Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Siwaliparri, Memupuk Kebersamaan ala Suku Mandar

Kompas.com - 23/11/2016, 13:18 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Tradisi gotong royong seperti pepatah ini mungkin sudah usang di kota-kota yang makin sibuk dan makin individualis.

Namun, tradisi yang memupuk semangat kebersamaan antarsesama warga ini tetap langgeng di tengah kehidupan Suku Mandar di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Kebersamaan itu terlihat ketika warga Kelurahan Wattang membangun kapal atau rumah berbobot puluhan ton. Dengan kerja sama secara bergotong-royong, rumah panggung ini dengan mudah diangkat dan digeser pemiliknya ke tempat yang dikehendaki.

Ratusan warga tersebut beramai-ramai mendatangi rumah milik Naharuddin di lingkungan Mambulilling, Kelurahan Wattang, Jumat pekan lalu.

Tanpa diupah atau dibayar sepersen pun, mereka datang secara sukarela untuk membantu mengangkat dan memindahkan rumah sejauh empat meter dari lokasi saat ini.

Untuk meminta bantuan warga, pemilik hajatan tak perlu repot mengundang warga secara khusus di rumahnya satu per satu.

Cukup mengumumkan lewat pengeras suara di masjid atau gereja, warga ringan tangan datang membantu sanak tetangga yang membutuhkan bantuan pada hari yang sudah ditentukan.

Sebagian warga atau pemilik hajatan juga kerap memanfaatkan hari Jumat sebagai hari kesetiakawanan sosial, hari gotong-royong, hari siwaliparri.

Tradisi siwaliparri dalam bahasa Mandar bermakna kebersamaan dan saling tolong-menolong. Hingga kini, tradisi itu tetap lestari dan menjadi ciri khas warga suku Mandar.

Banyak persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak diselesaikan dengan tradisi tersebut. Pemilik rumah pun tak perlu repot mengeluarkan biaya sebab warga membantu tanpa meminta imbalan.

Pemilik rumah biasanya hanya menyiapkan makanan atau minuman ringan berupa segelas cendol atau bubur kacang hijau yang disuguhkan kepada warga seusai bekerja.

Makanan manis yang disuguhkan kepada warga itu memiliki makna filosofis tersendiri. Konon tardisi menyuguhkan makanan yang manis-manis kepada para tetamu adalah ungkapan kesyukuran dan kebahagiaan dalam memupuk kebersamaan antarwarga dan pemilik hajatan.

"Ini sudah tradisi turun-temurun yang tetap terjaga. Saya cuma mengumumkan di masjid sebelum shalat Jumat. Usai Jumatan, mereka datang ramai-ramai membantu tanpa diupah sepersen pun," ujar Naharuddin.

KOMPAS.com Tradisi mengangkat kapal atau rumah berbobot puluhan ton adalah salah satu wujud tradisi siwaliparri dalam memupuk gotong royong dan kebersamaan ala Suku Mandar di Polewali Mandar.
Kepala lingkungan Mabuliliing, Nasir, menyebutkan, banyak persoalan masyarakat seperti mengangkat dan memindahkan rumah atau membawa perahu ke laut diselesaikan secara gotong-royong.

"Alhamdulillah semangat gotong-royong dan kebersamaan di tengah masyarakat hingga kini masih terpelihara. Warga yang datang memberi pertolongan kepada tetangga atau sekampungnya datang tanpa melihat latar belakang kehidupan sosial, agama, suku, dan bahasanya," ujar Nasir.

Mungkin inilah saatnya bangsa Indonesia untuk mengingat kembali arti kebersamaan dan persatuan agar tidak mudah dipecah-belah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com