Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Lama Semarang Mulai Ditata

Kompas.com - 13/09/2016, 20:26 WIB

SEMARANG, KOMPAS — Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, mulai dibersihkan dari bangunan liar dan kumuh. Lapak-lapak pedagang kaki lima dibongkar dan arena judi sabung ayam ditertibkan. Sebelum akhir tahun, kawasan itu harus bebas dari persoalan sosial.

Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (12/9/2016), sejumlah ruas jalan di kawasan Kota Lama sudah bersih dari lapak-lapak liar pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini memberi kesan semrawut di kawasan bersejarah itu. Bangunan-bangunan semipermanen mulai dari kawasan Polder Tawang, Jalan Sendowo, hingga Jalan Kepodang yang sejak lama dikenal sebagai tempat sabung ayam telah dibongkar.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang Endro P Martanto mengatakan, penertiban PKL liar dilakukan sejak dua hari terakhir. Penertiban dilakukan setelah para pedagang tidak menghiraukan tenggat yang diberikan untuk memindahkan sendiri barang dagangan mereka selambatnya 1 September.

"Penertiban dilakukan terutama untuk mendukung revitalisasi Kota Lama. Keberadaan PKL dan lapak-lapak liar termasuk judi sabung ayam di Jalan Kepodang telah lama meresahkan kawasan wisata," tutur Endro.

Selain itu, keberadaan PKL juga melanggar peraturan daerah, seperti mendirikan bangunan di atas saluran air. Setelah dibongkar, personel satpol PP akan terus mengawasi kawasan tersebut guna mengantisipasi jika ada pihak-pihak yang membandel.

Waluyo (43), pedagang rokok dan minuman ringan yang sebelumnya berjualan di sekitar Jalan Kepodang, Kota Lama, mengakui telah mendapat dua kali surat peringatan dari pemerintah, tetapi dirinya belum pindah. Ia sudah puluhan tahun berdagang di lokasi tersebut.

"Makanya kaget. Biasanya enggak masalah. Tetapi, mau bagaimana lagi kalau aturannya begitu. Cuma, kami minta ada solusi agar kami bisa tetap berjualan di tempat lain," ujarnya.

Wisata pusaka

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu menegaskan, Pemerintah Kota Semarang serius menjadikan Kota Lama sebagai kawasan wisata heritage atau pusaka. Terlebih, kawasan seluas 40 hektar ini tengah didaftarkan untuk masuk dalam kawasan pusaka dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Penataan Kota Lama juga akan menyasar kawasan pedagang barang antik di sebelah Gereja Blenduk. Keberadaan lapak-lapak itu banyak menyita badan jalan yang bukan peruntukannya. "Rencananya, mereka akan dipindah ke salah satu gedung kuno yang dipugar Pemkot," katanya.

Hevearita mengakui bahwa persoalan sosial di Kota Lama selama ini menjadi salah satu penghambat pariwisata di kawasan yang dibangun sekitar abad ke-18 tersebut. Oleh karena itu, persoalan sosial di kawasan tersebut menjadi prioritas utama dalam program revitalisasi yang digagas mulai tahun ini.

"Targetnya, sebelum akhir tahun, seluruh persoalan sosial di Kota Lama bisa terselesaikan, sehingga setelah itu bisa lebih fokus lagi ke penataan fisik," lanjut Hevearita yang juga Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang.

Dalam upaya mempermudah ruang gerak dalam program revitalisasi, telah dibentuk kelompok-kelompok kerja (pokja). Anggota pokja ini melibatkan jajaran satuan kerja perangkat dinas terkait.

Infrastruktur juga terus dibenahi. Saat ini, sistem drainase di Kota Lama telah diperbaiki dengan penggantian gorong-gorong untuk mencegah banjir.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Jawa Tengah Joko Suratno mengatakan, kawasan Kota Lama merupakan salah satu destinasi yang selalu diincar wisatawan asing. Namun, banyak turis enggan berlama-lama di Kota Lama karena tidak nyaman.

Chris Darmawan, pemilik galeri seni di Kota Lama, menambahkan, keberadaan pedagang liar terutama warung remang-remang di beberapa sudut kawasan menimbulkan kesan seram dan rawan. Ia mendorong pemilik bangunan agar mulai menghidupkan kembali kawasan itu. (GRE)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 September 2016, di halaman 21 dengan judul "Kota Lama Mulai Ditata".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com