Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Berubah ke Musim Kemarau Basah, Ada Peluang Hujan di Atas Normal

Kompas.com - 10/06/2016, 17:47 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah menginformasikan bahwa saat ini sejumlah wilayah di Indonesia berada pada musim peralihan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah Reni Kraningtyas memperkirakan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia akan terdampak La Nina pada Juni hingga November 2016. Ini merupakan kondisi di mana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur ekuator di Lautan Pasifik.

Menurut Reni, saat ini kondisi angin monsun timuran mulai menguat. Berdasar data prediksi BMKG, peluang La Nina mulai muncul pada periode Juli, Agustus, September 2016, atau akrab disebut periode JAS. Peluang La Nina berintensitas lemah hingga sedang.

Bersamaan dengan fenomena La Nina tersebut, terjadi perubahan kondisi suhu muka laut di bagian barat Sumatera menjadi lebih hangat dari suhu muka laut di pantai timur Afrika.

"Sehingga menyebabkan bertambahnya pasokan uap air yang menyebabkan bertambahnya curah hujan untuk wilayah Indonesia bagian barat," kata Rini, Jumat (10/6/2016).

Kondisi itu diprediksi akan menguat pada Juli hingga September. Hal ini dapat memicu bertambahnya potensi curah hujan, termasuk di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian barat.

"Pada periode musim kemarau, yakni bulan Juli, Agustus, September, kami prediksi pada umumnya Pulau Jawa mengalami curah hujan normal hingga di atas normal," kata dia.

Yang perlu diwaspadai dalam iklim ini adalah meningkatnya potensi curah hujan pada periode musim kemarau 2016 dan periode musim hujan tahun 2016/2017.

Hal ini memungkinkan beberapa daerah mengalami periode musim kemarau dengan sifat hujan di atas normal atau kemarau basah.

"Serta periode musim hujan dengan curah hujan tinggi yang dapat berpotensi menimbulkan banjir," kata Reni.

Ia menambahkan, La Nina membawa pengaruh positif maupun negatif bagi sektor-sektor ekonomi yang mengandalkan alam. Bagi nelayan, akan meningkatkan tangkapan ikan tuna lantaran hangatnya suhu muka laut.

Namun, bagi para petani garam, hal ini justru kurang begitu menguntungkan.

"Sementara pada sektor pertanian dan perkebunan, akan meningkatkan luas lahan tanam dan produksi padi. Namun juga diwaspadai munculnya serangan hama tanaman pada kondisi tanah yang lembab," kata dia.

Dampak negatif dari kemarau basah adalah potensi menurunnya hasil produksi beberapa komoditas perkebunan, seperti tembakau, tebu, dan teh serta tanaman hortikultura lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com